Senin, 19 Januari 2009

Memahami Remaja: “Pencarian Identitas”


Sampai saat ini, belum ada data akurat yang memiliki kesamaan dalam memberikan batasan umur remaja. Versi WHO menyatakan bahwa remaja itu berumur antara 12-24 tahun, sementara Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merumuskan bahwa umur remaja itu pada rentang 10-24 tahun . Sedangkan Erikson (dalam Alwisol, 2002), sesepuh psikoanalitik kontemporer, menyebutkan remaja itu manusia yang berumur 12-20 tahun. Pun demikian, seperti semboyan RI, “Bhinneka Tunggal Ika”, meskipun memberikan batasan umur yang berbeda-beda, mereka (para ahli) sepakat bahwa yang namanya usia remaja itu selalu diawali dengan pubertas dan diakhiri dengan perubahan pola pikir. ((http://remajabali.wordpress.com/category/data-remaja/))

Erikson mengatakan bahwa pada masa remaja (adolesen) inilah terjadi apa itu yang kita sebut dengan “pencarian identitas”. Pencarian identitas itu muncul karena dua faktor1, yaitu:

1. Remaja dah gak mau lagi dibilang sebagai anak-anak.

Hal itu tampak ketika remaja mulai lebih perhatian dengan penampilan (baju, aksesoris, de el el).

2. Punya standar hidup versi sendiri.

Gengsi untuk menaati nasihat orang tua, cenderung lebih sepakat dengan pendapat teman sebaya.

Selama masa pencarian identitas tersebut, remaja akan mengeksplorasi dirinya dan bertualang keluar-masuk komunitas. Ketakutan mereka singkirkan, kekhawatiran mereka enyahkan, dan hanya keinginan dan rasa penasaran yang mereka kedepankan. Remaja akan menetap di suatu komunitas yang memberikan rasa nyaman atau bisa dikatakan pula “mencukupi kebutuhannya.” Tak apa bila komunitas itu bermanfaat, gak neko-neko, dan baik. Namun, yang bahaya adalah bila mereka salah pergaulan yang akhirnya akan terjerumus ke Narkoba, Seks bebas, perkelahian, dan hal-hal segerombolannya. Oleh karena itu, amat sangat diperlukan sekali, keterlibatan berbagai pihak untuk memandu remaja mencari identitas yang benar.

Beberapa saran2 barangkali bisa membantu kita –teman, ortu, atau kakak– untuk memandu memandu remaja ke arah identitas yang benar, yaitu:

  • Akui eksistensi mereka sebagai remaja yang sudah bukan anak-anak: menghargai, tidak meremehkan, menjadikan sebagai teman.
  • Berbaur tapi tidak melebur: berbaur dengan para remaja tapi tidak melebur dengan nilai-nilai yang dirasa kurang baik, tapi kalau terpuji ya oke saja lah…
  • Pahami mereka apa adanya: wajar kalau mereka coba-coba hal baru, misal ngecat rambut, de es be, jangan dimarahin tapi diajak share dan diskusi!
  • Kenali lingkungan pergaulannya: kalau aman lanjut terus, tapi kalau dah gak aman segera arahkan dan alihkan

Ketika mereka sudah menemukan identitasnya yang nota bene oke, maka arah perkembangan selanjutnya akan menuju ke ranah positif. Jika tidak, yaa, kita doakan saja supaya bisa segera kembali ke track yang lurus.

  1. Alwisol. 2002. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta:UMM Press. []
  2. http://www.e-psikologi.com/remaja/130802.htm []
http://firman.web.id

Tidak ada komentar: