Senin, 19 Januari 2009

Agar Mereka tidak Pergi ke Mal saat Pemilu

16 Agustus 2008 00:01 WIB
Pemilih pemula selalu menjadi ladang yang menggiurkan buat partai politik. Selain karena preferensi politik mereka masih terbuka, jumlah para pemilih perdana ini potensial menjadi lahan subur buat partai. Namun, di sisi lain, mereka sangat mudah tergelincir dalam sikap apatis, sehingga saat pemilu bisa saja mereka lebih memilih pergi ke mal ketimbang ke tempat pemungutan suara.
Para aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI tak rela melihat anak muda negeri ini makin teralienasi dari dunia politik. Mereka coba sedikit mengambil alih kewajiban parpol yang ternyata mogok menjalankan fungsi pendidikan politiknya.
"Jangan sampai mereka tidak menentukan pilihan secara otonom dan sadar. Sehingga mereka perlu diajak sadar hak dan pilihannya. Berbagai media massa dan lembaga survei pun sudah merilis tingginya potensi golput di pemilih pemula, justru itu BEM UI akan memperjuangkan mengawal mereka agar berpartisipasi dan menggunakan hak pilihnya secara benar," tegas Edwin Nofsan Naufal, Ketua BEM UI 2008.
Saat ini, kata Edwin, pihaknya tengah menyiapkan sebuah kelompok kerja (pokja) pemilu. Selain akan melakukan riset preferensi politik pemilih pemula, pokja ini juga akan melakukan edukasi atau voter education ke sekolah-sekolah serta kampus di wilayah Jabotabek.
"Pokjanya baru akan dibentuk sekitar akhir Agustus. Mungkin baru akan berjalan Oktober mendatang," kata Edwin.
Pendidikan politik ini, kata Edwin, diyakini akan membangun jiwa kritis para pemilih pemula. Sehingga, saat memasuki bilik suara, mereka tak mencoblos parpol tertentu hanya karena ikut-ikutan.
"Yang perlu saya tegaskan di sini, pendidikan politik
ini tidak untuk mengarahkan referensi politik. Artinya tidak meminta mereka untuk memilih partai tertentu atau presiden tertentu," kata mahasiswa psikologi angkatan 2004 ini.
Edwin sendiri mengaku optimistis pemilih pemula pada 2009 mendatang relatif lebih cerdas dan kritis daripada sebelumnya. Itu terkait dengan derasnya arus informasi. Namun, di sisi lain, media pun rawan memanipulasi para pemilih di akar rumput.
"Sehingga jika mereka tidak cerdas secara politik, mereka akan terjebak dalam partai yang sibuk menjual diri di berbagai media, bukan partai yang nyata terbukti bekerja untuk masyarakat," kata Edwin.
Selain BEM UI, pendidikan politik bagi para pemilih pemula juga dilakukan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) bekerja sama dengan Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Departemen Dalam Negeri, Komisi Pemilihan Umum, dan Jaringan Pendidikan Politik untuk Rakyat. Selain itu, IPNU pun membangun sinergi dengan Ikatan Remaja Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, dan Pelajar Islam Indonesia.
"Saya tidak menampik kalau fenomena polarisasi politik pada organisasi kampus memang ada. Tapi bukan di BEM UI. Kawan-kawan saya, secara spesifik BEM UI, dan mungkin juga BEM-BEM lain, saya yakin bergerak murni karena nurani, intelektualitas, dan logika kritis terhadap kondisi bangsa ini," kata Edwin. (Dian Palupi, T-2)

Tidak ada komentar: