Senin, 19 Januari 2009

Bentengi Diri Dengan Agama

Thursday, 09 August 2007 00:46 WIB

WASPADA Online
Tidak ada yang mengetahui secara menyeluruh misteri dunia remaja. Keunikan yang terdapat dalam kehidupan kaum ini
diselimuti dengan teka-teki yang besar. Keunikannya tersebut dikarenakan remaja dalam pertumbuhannya dipengaruhi
lingkungan sekitarnya sehingga karakter yang muncul terhadap mereka di setiap daerah berbeda-beda.
Kalau dicermati dari definisinya, remaja merupakan usia anak yang ada pada masa peralihan dari masa anak-anak
menuju usia dewasa (Zakiyah Deradjat, 1975). Kehidupan remaja dalam masa peralihan ini merupakan masa pencarian
jati diri. Pola fikir yang masih labil mengakibatkan mereka rentan menyerap hal-hal yang ada disekitarnya baik itu yang
buruk maupun yang baik.
Menyikapi fenomena pernikahan dini yang saat ini sudah menjangkiti para remaja di Indonesia pada umumnya,
sebenarnya tidak terlepas dari proses peralihan usia dari anak-anak menuju dewasa yang sedang mereka alami.
Sebelum melangkah lebih jauh membicarakan "Pernikahan Dini", perlu diketahui bahwa pernikahan tersebut ada dua
jenis, yaitu pernikahan dini asli dan palsu.
Menurut Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Binjai Drs. H. M. Yasin, bahwa pernikahan dini pada zaman nabi dan
sahabat sudah terjadi. Akan tetapi yang mendasari pernikahan tersebut adalah untuk menghindari seorang perempuan
dan laki-laki melakukan zina dan itu sah menurut agama, itulah yang disebut dengan pernikahan ini asli.
Namun, fenomena yang terjadi saat ini tambah Yasin, kebanyakan remaja terjerumus dalam perilaku yang melanggar
ajaran agama, khususnya Islam. Pernikahan dini sekarang telah berubah pengertiannya. Pernikahan yang dikarenakan
‘kecelakaan' atau menikah setelah terlebih dahulu hamil dalam usia muda merupakan konsep pernikahan dini
sekarang. Fenomena inilah yang dikatakan sebagai pernikahan dini palsu.
Dalam hukum Islam ada syarat untuk melakukan pernikahan, di antaranya baik wanita maupun pria harus memiliki
kematangan dalam berfikir dan fisik. Karena hidup membina keluarga bukanlah mudah bagi seorang remaja. Banyak
beban masalah yang belum sepantasnya dipikul seorang remaja karena kematangan berfikirnya yang belum ada pada
diri mereka. Apalagi pernikahan yang dilandasi keterpaksaan karena telah melakukan hal yang tidak benar.
Kebanyakan kehidupan keluarga dari pasangan pernikahan dini selalu saja berakhir dengan perceraian. Yang
diakibatkan pola fikir dari keduanya yang belum matang. Sehingga agama melarang pernikahan seperti itu. Ada banyak
faktor yang melatar belakangi terjadinya pernikahan dini palsu tersebut.

Yasin menuturkan, perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan
dini, seperti jaringan internet yang dapat diakses oleh siapa saja tanpa adanya batasan-batasan dan aturan yang ketat.
Selain itu, siaran dari media televisi cukup berperan besar mempengaruhi terjadinya fenomena pernikahan dini. siaran
televisi yang saat ini telah dapat diakses setiap kalangan masyarakat sekarang ini menyuguhkan siaran-siaran yang
dinilai minim terhadap pendidikan untuk para remaja malah kebalikannya siaran dari televisi tersebut sarat akan
pengaruh negatif dalam kehidupan ramaja yang sedang mengalami masa peralihan itu, kata Yasin.
Terjadinya fenomena pernikahan dini selain dikarenakan telah berkurangnya nilai-nilai agama yang diserap para remaja
sekarang ini juga melibatkan banyak pihak. Yasin mengatakan selain orang tua yang paling bertanggung jawab untuk
membentengi para anaknya dengan pendidikan agama juga melibatkan banya pihak.
Sekarang ini saja tambah Yasin, perilaku hamil di luar nikah sudah tidak tabu lagi dimasyarakat. Untuk itu, diharapkan
peran serta tokoh masyarakat, ulama serta kita semua untuk dapat menyikapi fenomena ‘Pernikahan Dini'.
Membentengi diri dengan ajaran agama serta aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif para remaja yang notabene
adalah para pelajar dapat terhindar dari fenomena pernikahan dini tersebut.
Yasin mengatakan pihak sekolah khusunya MAN Binjai dalam upaya mengantisipasi terjadinya fenomena pernikahan
dini tersebut melalui penyelenggaraan kegaitan ekskul. Menurutnya kekosongan waktu para pelajarlah yang dapat
memicu perbuatan yang negatif, dengan adanya kegiatan ekskul yang dibimbing oleh para guru maka para siswa dapat
berkonsentrasi dengan kegiatan yang mereka laksanakan.

Bayi Ajaib
Agustina, siswi kelas tiga MAN Binjai, mengaku sangat prihatin melihat fenomena pernikahan dini. Tina, biasa ia disapa,
mengaku kebanyakan remaja yang seusianya harus mengalami Married By Accident (MBA) dikarenakan kurangnya
pengawasan dari orang tua serta ketidaktahuan mereka tentang pengetahuan seks dan konsep berumah tangga.
Dengan demikian banyak sekali muncul ‘bayi-bayi ajaib' yang diakibatkan pernikahan dini tersebut. "Gimana
nggak baru aja beberapa bulan bahkan beberapa hari pesta pernikahannya udah lahir anaknya, cepet banget ya,
seharusnya sembilan bulan sepuluh hari. Dan hal itu pernah terjadi sama kawan aku," tutur Tina.
Sedangkan Zaini Fathar yang juga siswa MAN Binjai ini, mengaku kebanyakan remaja putri merupakan faktor utama
terjadi peruatan asusila yang mengakibatkan terjadinya pernikahan dini. Zaini menambahkan saat ini kebanyakan remaja
putri dalam perpakaian sudah tidak lagi mau menutup auratnya. Bahkan terkadang ada yang dengan sengaja
memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang dapat memunculkan nafsu.
Untuk menyikapi itu, Zaini menambahkan dengan memperdalam ilmu agama karena dengan ilmu agamalah semuanya
bisa dihindari. "Nggak banget kalo masa remaja yang seharusnya lagi enak kumpul bareng teman, belajar untuk
menggapai masa depan yang cerah harus sirna karena pernikahan dini," tandas Zaini. (zulfan) (aa)

Waspada Online
http://www.waspada.co.id

Tidak ada komentar: