Senin, 19 Januari 2009

AKTIFLAH SEMASA REMAJA!!

Remaja yang aktif cuma berisiko kanker payudara 23 persen saat dewasa.
Energetik, satu kata yang cocok untuk Andria, 13 tahun. Remaja putri itu lincah di depan ring basket, ia memperkuat tim sekolahnya setiap kali ada pertandingan dengan tim lain. Tak hanya itu, anak tunggal ini juga bisa melaju cepat di kolam renang. Belum lagi aksinya saat bermain tenis meja. Orang tuanya sempat cemas. "Tenaganya seperti nggak habis-habisnya, kami sampai takut sakit," ujar Lily, sang mama. Kecemasan seharusnya tidak bergayut di hati ibu yang satu ini. Justru ia seharusnya bahagia memiliki anak yang gandrung olahraga dari remaja. Sebab, menurut penelitian Dr Graham Colditz dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis, berolahraga sejak remaja dapat menurunkan risiko kejadian kanker payudara Penelitian ini dipaparkan dalam Journal of the National Cancer Institute edisi teranyar. Dalam lembaran-lembaran itu ditunjukkan bahwa olahraga sejak usia 12 tahun bisa melindungi remaja perempuan dari keganasan kanker payudara ketika dewasa kelak.

"Ini adalah poin utamanya," kata Colditz. Artinya, ia menambahkan, bergerak aktif di usia belasan, manfaatnya bisa maksimal hingga dewasa. Kesimpulan itu ditarik Colditz setelah melakukan penelitian terhadap 25 ribu perawat berusia 24-42 tahun. Dari jumlah responden itu, 550 di antaranya didiagnosis menderita kanker payudara sebelum menopause. Seperempatnya menderita kanker payudara pada usia lebih muda dan kankernya berkembang menjadi lebih agresif. Wanita yang sejak remaja bergerak aktif cuma memiliki risiko 23 persen sebelum menopause ketimbang wanita yang hanya bermalas-malasan. "Manfaat yang terbesar bisa dipetik jika latihan rutin dilakukan pada usia 12-22 tahun," ujarnya. Para peneliti melaporkan yang berisiko paling rendah adalah wanita yang berolahraga selama tiga jam lebih per minggu, baik itu berupa joging maupun aktivitas yang memerlukan energi tinggi. Pilihan lain bisa juga berupa kegiatan atletik selama 13 jam dalam seminggu. Pengaruh olahraga saat remaja dengan kanker payudara ini digambarkan cukup sederhana. Jika Anda baru berlatih kebugaran pada usia pertengahan dan sudah tua, aksi itu tidak akan mampu menghancurkan jaringan lemak. Setelah menopause, jaringan lemak adalah sumber utama estrogen. Berbeda sekali dengan saat remaja, kondisinya sesuai dengan teori yang menggambarkan aktivitas fisik dapat menurunkan kadar estrogen. Karena itu, bila sampai berlebihan, juga berbahaya karena bisa memperlambat awal siklus menstruasi dan menyebabkan siklusnya menjadi tidak teratur. Sebaliknya, bila terlalu ringan, pengaruhnya juga tidak terlalu besar. Dr Alpa Patel, ahli pencegahan kanker dari Masyarakat Kanker Amerika, mengatakan latihan moderat hanya bisa membikin tubuh lebih ramping dan membantu perubahan hormon. Bagi mereka yang ketika remaja malas bergerak, tetap ada harapan. Patel menyarankan para ibu kelompok ini segera bergabung dengan putrinya mengayuh sepeda atau berjalan kaki keliling kompleks atau bermain tenis. Selain itu, masih ada beberapa langkah yang bisa mengurangi risiko, di antaranya menyusui. Aksi ibu yang baru melahirkan ini dapat menurunkan risiko kanker payudara dibanding mereka yang tidak menyusui. Hazel B. Nichols dari Universitas Wisconsin, Madison, mengatakan dalam kelompok penelitiannya ditemukan wanita yang menyusui bayinya. Risiko terkena kanker payudara pada wanita itu menurun 17 persen. Membatasi minuman beralkohol juga bermanfaat. Penelitian yang dilakukan Jasmine Lew, peneliti di Lembaga Kanker Nasional di Amerika Serikat, mengatakan satu atau dua gelas minuman beralkohol sehari meningkatkan risiko tumor pada wanita pascamenopause. "Tanpa peduli jenis alkoholnya, tapi risiko ini nyata," ujar Lew. Namun, selain itu ada faktor risiko lain yang tidak bisa diubah, seperti riwayat keluarga dan siklus menstruasi. Marlina Marianna Siahaan AFP | CNN | MSNBC Sederet Risiko
  1. Umur. Hampir 80 persen penderita kanker payudara adalah wanita di atas 50 tahun. Ketika menginjak usia 30-an, risikonya masih 1:233, tapi di atas 85 tahun menjadi 1:8.
  2. Riwayat kanker. Jika sebelumnya Anda berisiko terkena kanker payudara pada salah satu payudara, risiko terkena kanker pada payudara yang lain pun meningkat.
  3. Riwayat keluarga. Bila ibu, kakak, atau anak perempuan ada yang menderita kanker payudara atau ovarium atau keduanya, risiko Anda pun lebih besar.
  4. Prakanker payudara. Adanya perubahan bentuk jaringan payudara yang mengarah ke prakanker membuka peluang terjadinya kanker payudara.
  5. Terpapar radiasi. Jika saat remaja Anda mendapat terapi radiasi pada dada, saat dewasa menjadi berisiko besar terkena kanker ini.
  6. Berat badan. Hubungannya tergolong kompleks. Pada umumnya berat berlebih dapat meningkatkan risiko, tapi peluang memiliki berat badan berlebih setelah menopause juga melonjak.
  7. Menstruasi lebih cepat. Jika Anda mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun, risiko lebih besar karena paparan estrogen pada jaringan payudara lebih cepat.
  8. Menopause terlambat. Menopause di atas 55 tahun membuat jaringan payudara terpapar estrogen lebih lama.
  9. Kehamilan pertama di usia lanjut. Kehamilan di atas usia 30 tahun atau tidak pernah hamil juga membuka risiko lebih besar.
  10. Terapi hormon. Menangani gejala menopause dengan kombinasi hormon estrogen dan progesteron selama empat tahun atau lebih meningkatkan risiko kanker payudara.
  11. Pil kontrasepsi. Ada risiko pada pemakai pil ini bila telah mengkonsumsinya selama empat tahun atau lebih sebelum kehamilan pertamanya.
  12. Alkohol. Satu gelas minuman beralkohol sehari membuka peluang 20 persen terkena kanker ini.
  13. Merokok. Hubungannya masih kontroversial, tapi yang jelas tak ada manfaat kesehatan dari aksi ini. sumber: www.korantempo.com

Tidak ada komentar: