Selasa, 17 Februari 2009

PINDAH AGAMA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Berita tentang 30 orang muslim warga Desa Karang Tengah, Kec. Kadungora Garut yang telah berpindah keyakinan kepada agama lain beberapa waktu lalu cukup mengguncang kita, semua warga Jawa Barat (Pikiran Rakyat, Rabu, 04 Februari 2009 ). Bukan berita pindah agamanya yang mengejutkan, tetapi jumlah dan proses pindah agamanya lah yang sangat mengejutkan kita.
Jumlah 30 orang yang berpindah agama secara sekaligus tentu bukan merupakan suatu jumlah yang sedikit. Kemudian, proses pindah agama yang diberitakan melalui iming-iming mendapat makan gratis dan diberi uang Rp 50.000 serta diajak ke sebuah acara undangan yang ternyata di acara tersebut berlangsung upaya pemindahan agama dan disahkan dengan surat perjanjian, tentu semua itu menimbulkan beragam pertanyaan di benak kita. Benarkah di jaman kekinian masih ada model-model penyebaran agama di masyarakat dengan modus seperti itu? Karena yang kita tahu, praktek-praktek semacam itu asumsinya telah tiada seiring keluarnya SKB Menteri No. 01/BER/MDN-MAG/1969.
Dan tentu saja pertanyaan yang tidak kurang penting adalah peristiwa luarbiasa apakah yang telah terjadi pada mereka sehingga mereka harus “menggadaikan” keyakinan mereka? Sedangkan kita tahu betul bahwa terutama secara psikologis proses alih keyakinan itu bukanlah proses yang mudah, karena harus keluar dari segala yang diyakininya selama ini dan kemudian mengisinya dengan kepercayaan baru yang sama sekali asing baginya(Prof. Drs. Jalaluddin: Psikologi Agama: 2007: 303)

Alasan Kesejahteraan?
Ada berbagai kemungkinan untuk menjawab mengapa seseorang atau sekelompok orang berpindah agama. Dari mulai faktor pribadi, ekonomi, sosial, rumah tangga, atau moral. Jika mencermati penyebab konversi agama pada kasus di Karang Tengah, Kadungora tersebut, jelas yang paling signifikan muncul adalah faktor ekonomi. Indikatornya sangat jelas; masyarakat diundang untuk menghadiri suatu acara yang masyarakat sendiri tidak mengetahui agenda acaranya dengan faktor penarik berupa iming-iming uang sebesar Rp. 50.000,- ditambah makan siang. Dan setelah mereka berpindah agama, dijanjikan lagi uang tambahan sebesar Rp. 1.000.000,- jika berhasil mengajak warga lain untuk mengikuti acara “wisata agama”, yang pada kali ini bertempat di Pangandaran. Dan dari mereka banyak yang berhasil dengan mengajak warga dari daerah lain di garut yang di antaranya adalah Cijayana, Cisewu, Bungbulang, Rancabuaya, Limbangan, dan Pameungpeuk (Pikiran Rakyat, Rabu, 04 Februari 2009 ).
Modus penyebaran agama lewat bantuan ekonomi dan sosial telah menjadi sebuah hal klasik dalam gerakan keagamaan.
Jika karena ekonomi…………..
Peran Ormas Keagamaan

Solusi
Migrasi agama dari satu keyakinan kepada keyakinan yang lain sejatinya merupakan hak paling asasi semua manusia. Bahkan kitab suci agama islam dalam salahsatu ayatnya menyebutkan “tidak ada paksaan dalam agama”. Aturan perundang-undangan negara kita pun di UUD 45 pasal 29 menjamin sepenuhnya hak warga dalam memeluk dan menjalan keyakinannya yang paling asasi tersebut. Adapun yang biasanya menjadi persoalan adalah upaya-upaya agama-agama tersebut dalam menyebarkan misi dan keyakinannya di masyarakat, sehingga muncullah istilah SARA(Suku, Agama, Ras, antar golongan) yang mengindikasikan sensitivitas masyarakat jika berkenaan dengan salahsatu isu yang terdapat dalam istilah tadi.


Penulis, Kabid Kajian dan Riset MASIKA ICMI Kota Bandung

Minggu, 08 Februari 2009

PROPOSAL KEGIATAN
KULIATUL MUBALIGHIN MUHAMMADIYAH

Muqaddimah

Muhammadiyah lahir sebagai perwujudan gagasan kritis dan keberanian untuk mempelopori gerakan pemurnian pengamalan ajaran Islam. Ia lahir sebagai hasil evaluasi keadaan umat Islam dizamannya. Telah lebih hampir 1 abad sejarah mencatat Muhammadiyah dengan segala tantangan dan hambatannya, tetap konsisten dalam memegang ideologi perjuangan. Tantangan umat Islam masa lalu belum banyak berubah ditambah dengan tantangan baru karena arus informasi yang semakin deras membawa budaya yang sudah menyusup kedalam kehidupan sehari-hari, sekuler, individualisme, yang menjadikan lunturnya nilai-nilai ke-Islaman yang semestinya kita kembangkan dalam program dakwah jamaah.
Permasalahan keumatan tersebut, memerlukan perhatian serius dan kemampuan yang semakin tinggi, serta variasi gerak langkah penanganannya dari semua stakholders Muhammadiyah, baik kader maupun simpatisan. Sebagai gerakan Dakwah yang fokus dalam pembinaan umat, Muhammadiyah memiliki peran penting untuk mewujudkan masyarakat menuju keututuhan yang sebenarnya, tanpa kepentingan-kepentingan pragmatis yang sudah menjamur baik ditingkat internal maupun eksternal Muhammadiyah. Saat ini yang dibutuhkan Muhamamdiyah adalah ketangguhan kader-kader penggeraknya dalam memainkan perannya sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna Muhammadiyah.
Dalam konteks dakwah transformatif, seorang kader harus mampu berada dibarisan terdepan dalam setiap keadaan. Istilah yang lebih populer adalah multitasting kader, dimana dalam waktu bersaamaan seorang kader dapat berperan sebagai mubaligh yang bertugas memberikan pencerahan kepada masyarakat dan penggerak Muhamamdiyah yang mampu mengembangkan serta mentrasformasikan keilmuannya sehingga menghasilkan kader-kader baru.
Kuliatul Mubalighin Muhammadiyah adalah bentuk aprsiasi yang ingin dikembangkan dalam ranah-ranah dialog, simulasi, dan pembekalan strategis kepada mubaligh-mubaligh Muhammadiyah dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai basis pengkader umat dan penggerak Muhammadiyah. Diharapkan, dengan acara tersebut lahirnya semangat baru untuk mengembangkan pola dakwah Muhammadiyah yang lebih membumi sesuai keadaan dan kebutuhan umat.

Tema

“ Rekonstuksi Pola Dakwah Muhamamdiyah Berbasis Pengkaderan dan Pencerahan Keilmuan“

Tujuan

1. Membangun kesamaan visi dan integritas mubaligh Muhammadiyah;
2. Meneguhkan kembali nilai-nilai ideologi dan identitas gerakan Muhammadiyah;
3. Membina komitmen dan loyalitas Bermuhammadiyah dalam hal perkaderan;
4. Meyusun grand design pola dakwah Muhamamdiyah ditingkat lokal



Metode

Mempertimbangkan kualifikasi peserta dan tujuan yang harus dicapai, dalam acara Kuliatul Mubaligin ini diterapkan metode ceramah, brainstorming, Focus Group Discussion/diskusi panel, dan pembelajaran secara partisipatoris.

Materi dan Narasumber

1. Muhammadiyah dalam wacana kontemporer
Nara Sumber : Ir. Risza Affiat, MM ( Ketua PD. Muhammadiyah Karawang )
2. Ideologi Dakwah KH. Ahmad Dahlan
Nara Sumber : Agus. R, S. Sos ( Pimpinan Pusat Muhammadiyah )
3. Dakwah Transformatif Berbasis Pengkaderan dan Pencerahan Keilmuan
Nara Sumber : Drs. Rahmat Rusmayadi, MM ( PW. Muhammadiyah Jabar )
4. Konsep Pengembangan Gerakan Dakwah Jamaah
Nara Sumber : Drs. Karman, M. Ag ( PW. Muhammadiyah Jabar )
5. Desain dan Pengembangan peta dakwah
Nara Sumber : KH. Saeful Abdulah( PW. Muhammadiyah Jabar )
6. Implementasi Tarjih Muhammadiyah
Nara Sumber : Prof. Dr. Jaih Mubarok ( PW. Muhammadiyah Jabar )
7. Strategi Komunikasi Efektif tabligh
Nara Sumber : Drs. H. Tajuddin Noor ( Kepala Depag Kab. Karawang )
8. Reaktualisasi Korps Mubaligh Muhammadiyah
Nara Sumber : Risma Muchtar, S.Sos ( Pimpinan Pusat Muhammadiyah )


Penyelenggaraan

Waktu Pelaksanaan
Ahad s/d Senin, tanggal 8 – 9 Maret2009
Tempat Pelaksanaan
Balai Kesejahteraan Sosial Darul Arqom Karawang
Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 10 Kaum I Karawang


Ketentuan dan Persyaratan Peserta

Peserta adalah kader-kader mubaligh Muhammadiyah yang sudah mendapat konfirmasi dan undangan.
Bersedia dan sanggup mengikuti kegiatan secara aktif dan penuh

Jadwal Acara
Terlampir

Kepanitiaan
Terlampir





Konfirmasi
Ikmal Maulana, Hp. 08568266602
Wahyono, Hp. 085780140302
Telp.0267-406621 Faks.0274-381.031
E-mail : mal_maulana@yahoo.com

Penutup
Demikian proposal ini disusun sebagai acuan pelaksaanan kegiatan. Terima kasih atas perhatian dan partisfasinya dalam menyukseskan acara ini.

Karawang, Februari 2009


Panitia Pelaksana


Ketua




Wahyono, S.Pd.I Sekretaris




Ikmal Maulana





























Lampiran
RANCANGAN ACARA
Hari ke- 1

Waktu Materi / Kegiatan
07.00 – 09.00 Chek in Peserta
09.00 – 10.00 Pembukaan
10.00 – 10.30 Orientasi dan kontrak belajar
10.30 – 12.00 Muhammadiyah dalam wacana kontemporer
Nara Sumber : Ir. Risza Affiat, MM
Pemandu : Purnama Sidik
12.00 – 13.00 Sholiskan
13.00 – 14.30 Ideologi Dakwah KH. Ahmad Dahlan
Nara Sumber : Agus. R, S. Sos
Pemandu : Fahrudin
14.30 – 15.00 Diskusi Kelompok
15.00 – 16.00 Sholat dan Istirahat
16.00 – 17.30 Dakwah Transformatif Berbasis Pengkaderan dan Pencerahan Keilmuan
Nara Sumber : Drs. Rahmat Rusmayadi, MM
Pemandu : E. Rahmat, S.Pd
17.30 – 19.30 Break dan Sholiskan
19.30 – 21.00 Konsep Pengembangan Gerakan Dakwah Jamaah
Nara Sumber : Drs. Karman, M. Ag
Pemandu : Tarman Abdurahman, S. Ag
21.00 – 21.15 Cofee Break
21.15 – 22.45 Strategi Komunikasi Efektif tabligh
Nara Sumber : Drs. H. Tajuddin Noor
Pemandu : Syarifudin
22.45 – 03.00 Istirahat Malam

Hari ke- 2

Waktu Materi / Kegiatan
03.00 – 04.15 Qiyamul lail
04.15 – 05.00 Sholat Subuh Berjamaah
05.00 – 06.30 Tadarus Makna
Pemandu : Fasilitator
06.30 – 08.00 Istirahat, sarapan
08.00 – 09.30 Desain dan Pengembangan peta dakwah
Nara Sumber : KH. Saeful Abdulah
Pemandu : Ade Rusdana
09.30 – 11.30 Focus Group Discussion
11.30 – 13.00 Sholiskan
13.00 – 14.30 Implementasi Tarjih Muhammadiyah
Nara Sumber : Prof. Dr. Jaih Mubarok
Pemandu : Saeful Khoer
14.30 – 15.00 Lanjutan Focus Group Discussion
15.00 – 15.30 Istirahat dan Sholat
15.30 – 17.00 Reaktualisasi Korps Mubaligh Muhammadiyah
Nara Sumber : Risma Muchtar, S.Sos
Pemandu : Ikmal Maulana
17.00 – 17.30 Penutupan
Lampiran

SUSUNAN PANITIA


Panitia Pengarah :
Ir. Risza Affiat, MM
Drs. Maman Kosman
Muhajir Affandi

Panitia Pelaksana :
Ketua : Wahyono, S.Pd.I
Sekretaris : Ikmal Maulana
Bendahara : Ade Rusdana

Tim Teknis :
Angkatan Muda Muhammadiyah Karawang
1. Pemuda Muhammadiyah
2. Nasyiatul ‘Aisyiyah
3. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
4. Ikatan Remaja Muhammadiyah

shoutbox




ShoutMix chat widget

surat karawang

Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Karawang
Jl.KH.Ahmad Dahlan No.10-12 Kaum I Karawang 41311 Telp.0267-406621


Nomor : 004/III.0/E/2009
Lampiran : 1 ( bundel ) proposal
Perihal : Permohonan Kesediaan Nara Sumber
Kuliatul Mubalighin


Kepada Yth.
MPK PWM Muhammadiyah Jawa Barat
di.
Tempat

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Maha Suci Allah semoga kita diberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tetap istiqomah dalam memegang amanah persyarikatan. Amin

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Karawang akan menyelenggarakan Kuliatul Mubalighin sebagai media pencerahan kader-kader muda Muhammadiyah dalam melakukan pemberdayaan masyarakat melalui aktifitas tablig. Adapun pelaksanaanya pada :

Hari : Ahad - Senin
Tanggal : 8 s/d 9 Maret 2009
Tempat : Islamic Center Karawang
Jl. Jendral Ahmad Yani By Pass Karawang

Sehubungan dengan hal itu, kami mohon kesediaan Bapak untuk berpartisifasi sebagai nara sumber dalam acara tersebut.

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaanya kami mengucapkan terima kasih

Nasrun Minallahi Wa Fathun Qoriib.
Wassalamu’alaikum Wr.wb
Karawang, 12 Maulid 1430 H
8 Februari 2009 M
PANITIA PELAKSANA
KULIATUL MUBALIGHIN
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH
KABUPATEN KARAWANG
Ketua Sekretaris


Ttd Ttd
Wahyono, S.Pd.I Ikmal Maulana

Informasi :
Ikmal Maulana Hp. 0856 82 666 02
E-mail : mal_maulana@yahoo.com

CARA MENAMBAH SHOUTBOX

Login
Setelah login, pada halaman awal admin klik tata letak



Setelah di klik akan masuk tampilan seperti dibawah ini



Lalu klik tambah Gadget, maka akan muncul halaman berikut ini


















Pilih / Klik HTML /JavaScript
Tampil halaman dibawah ini, lalu isikan sesuai petunjuk





Copy paste aja codenya.....




ShoutMix chat widget



Selesai !
Shoutbox...siap pakai

Untuk pengaturan :
Width : untuk ukuran lebar ( defaultya 160, bisa kita rubah ko )
Height : untuk ukuran tinggi ( defaultya 400, bisa kita rubah ko )



Sharing ;
mal_maulana@yahoo.com
www.ikmalmaulana.co.cc

Senin, 19 Januari 2009

sport

From Wikipedia, the free encyclopedia

For other searching: Sport in childhood. Association football, shown above, a team sport, and may provide social interaction.

Sport is an activity that is governed by a set of rules or customs and often engaged in competitively. Sports commonly refer to activities where the physical capabilities of the competitor are the sole or primary determiner of the outcome (winning or losing), but the term is also used to include activities such as mind sports (a common name for some card games and board games with little to no element of chance) and motor sports where mental acuity or equipment quality are major factors. Sport is commonly defined as an organized, competitive and skillful physical activity requiring commitment and fair play. Sports differ from games based on levels of organization and profit (not always monetary). Accurate records are kept and updated, while failures and accomplishments are widely announced in sport news.

[edit] Terminology
Show Jumping, an equestrian sport.

In British English, sporting activities are commonly denoted by the collective noun "sport". In American English, "sports" is more used. In all English dialects, "sports" is the term used for more than one specific sport. For example, "football and swimming are my favorite sports", would sound natural to all English speakers, whereas "I enjoy sport" would sound less natural than "I enjoy sports" to North Americans.

The term is sometimes extended to encompass all competitive activities in which offense and defense are played, regardless of the level of physical activity. Both games of skill and motor sport exhibit many of the characteristics of physical sports, such as skill, sportsmanship, and at the highest levels, even professional sponsorship associated with physical sports. Air sports, billiards, bridge, chess, motorcycle racing, and powerboating are all recognized as sports by the International Olympic Committee with their world governing bodies represented in the Association of the IOC Recognised International Sports Federations.[1]

Sports that are subjectively judged are distinct from other judged activities such as beauty pageants and bodybuilding shows because an activity is being evaluated, rather than the physical attributes of the contestant.
sumber: en.wikipedia.org/wiki/Sport

Tahun Kewirausahaan Sosial

Dicari, Pengusaha Tak Buru Laba

Oleh
Kristanto Hartadi

JAKARTA - Tidak banyak yang tahu apa itu kewirausahaan sosial. Namun, kita langsung mengenal kalau ditanya tentang Muhamad Yunus, pemenang Nobel Perdamaian 2006 berkat Grameen Bank yang membantu jutaan kaum miskin di Bangladesh, atau Saur Marlinang "Butet" Manurung yang memprakarsai sekolah bagi anak-anak suku terasing, atau Tri Mumpuni yang berhasil membangun 50 pembangkit listrik mikrohidro di desa-desa Indonesia.
Ya, mereka cuma contoh orang yang masih atau pernah menjadi bagian dari program kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh Ashoka, yakni sebuah organisasi global yang memelopori dan mengembangkan konsep wirausaha sosial.
Rabu (7/3) lalu, Ashoka Indonesia mencanangkan apa yang mereka sebut sebagai "Tahun Kewirausahaan Sosial" dalam sebuah acara di PPM Institute of Management di Jakarta. Dalam percakapan SH bersama Perwakilan Ashoka Indonesia Mira Kusumarini dan Perwakilan Ashoka Asia, Chris Cusano, di Jakarta, dijelaskan bahwa kewirausahaan sosial memang harus dikembangkan, dan Ashoka selama ini bertugas memilih lalu mensponsori orang-orang yang punya visi dan misi jelas untuk mengadakan perubahan dalam masyarakat.
Berdiri sejak 1980, Ashoka telah memilih lebih dari 1.800 pemimpin wirausaha sosial dari 60 negara. Mereka yang terpilih itu mendapat biaya hidup, dukungan profesional, dan akses ke jaringan global di lebih dari 60 negara. Para "Ashoka Fellows", sebutan untuk para penerima dana, harus mampu memberi inspirasi kepada orang lain untuk mengadopsi dan menyebarkan inovasi, dan membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka juga agen perubahan.
Menurut Mira Kusumarini, di Indonesia terdapat 125 fellow sejak 1983, namun sebagian sudah meninggal dunia karena usia lanjut. "Ashoka selama ini tak banyak dikenal, karena kami tidak pernah berkampanye, dan lebih mengandalkan pada jaringan, apalagi ketika itu kami tidak ingin dianggap menentang pemerintah (Orde Baru)," jelas Mira. Namun, kini Ashoka Indonesia membuka diri.

Disponsori Tiga Tahun
Menurut Chris Cusano dalam menjaring fellows tidak pernah dikatakan mereka harus berbuat apa. "Kami hanya mencari orang-orang yang potensial untuk membuat perubahan di masyarakat. Kami pelajari proposal mereka, lalu kami seleksi secara ketat dan lama. Kandidat yang terpilih sebagai fellow akan kami beri biaya hidup selama tiga tahun," kata Chris.
Selebihnya, kandidat harus mencari sendiri biaya untuk proyeknya tersebut. "Jadi kami pada prinsipnya mendukung mereka supaya bisa mewujudkan proyek. Dan kami hanya mendukung orang-orang yang benar-benar baik," kata Chris.
Para penerima Ashoka Fellowship di Indonesia antara lain Tosca Santoso (2006) penggagas Kantor Berita Radio 68H; Onno Purbo (2005) yang mengembangkan proyek Indonesia berbasis knowledge melalui penggunaan internet secara murah; Saur Marlinang "Butet" Manurung (2003) yang antara lain mengajar baca tulis di lingkungan Orang Rimba di Jambi; Tri Mumpuni (2006) yang mengembangkan puluhan proyek pembangkit listrik tenaga mikrohidro di kawasan pedesaan, Sanggar Akar yang mengurusi anak jalanan.
Misalnya saja Tri Mumpuni. Alumni Institut Pertanian Bogor ini selama 10 tahun bersama suaminya Ir Iskandar Kuntoadji dan LSM Institut Bisnis dan Ekonomi Rakyat (Ibeka) menggagas dan mengembangkan model Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (memanfaatkan tenaga air) berbasis komunitas di pedesaan. Dengan memanfaatkan dana hibah, dia mengembangkan sistem kemitraan yang melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan dan pengembangan, pembangunan PLTM.
Salah satu contohnya adalah PLTM Cinta Mekar di Desa Cinta Mekar, Segalaherang, Subang, Jawa Barat, berkapasitas 120 kilowatt (kW) yang telah diresmikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, April 2004. Setahun kemudian, proyek ini menjadi percontohan bagi pengembangan energi pedesaan di Asia Pasifik oleh UNESCAP.
Proyek PLTM yang berjumlah puluhan ini berdampak sangat nyata, penduduk di desa bisa lebih sejahtera, anak-anak bisa belajar, bahkan masyarakat (melalui koperasi) bisa menjual listrik ke PLN. Tri Mumpuni pun dianugerahi "Climate Hero" oleh WWF.
Selama ini, proyek-proyek yang melibatkan Ashoka berjalan dengan baik, bahkan berkelanjutan. "Kami pernah mensurvei bahwa setelah lima tahun kami menyetop pemberian biaya hidup, ternyata 95 persen dari proyek yang dikembangkan para fellow masih berlanjut, sekitar 60 persen proyek-proyek itu masih berdampak pada kebijakan nasional, dan 75 persen dari para fellow kami bisa menunjuk organisasi-organisasi lain untuk meniru," jelas Chris.
Dia membandingkan dengan sebuah lembaga bantuan besar yang 65 persen dari proyek mereka gagal setelah uang bantuan dihentikan.
Jadi, jalan yang dipilih Ashoka memang berbeda dengan lembaga bantuan, namun saling melengkapi. Melalui Tahun Kewirausahaan Sosial ada sejumlah kegiatan telah disiapkan seperti pemberian Anugerah Ashoka, Lomba Menulis Kewirausahaaan Sosial, Program Wirausaha untuk Remaja, kampanye melalui media massa, dan mendukung organisasi-organisasi yang menggaungkan visi ini.
Di Indonesia, fellows yang dibiayai kegiatannya beragam mulai dari pengembangan ekonomi, hak-hak perempuan, hak asasi, pengembangan nelayan, petani, sampai resolusi konflik Islam-Kristen, semisal di Ambon. Jadi, Indonesia perlu menciptakan lebih banyak lagi wirausahawan sosial untuk mengatasi berbagai persoalan yang seperti tak ada habisnya. Usahawan sosial memang tak biasa, mereka tak memburu untung, tetapi berpikir tentang perubahan demi kesejahteraan.

sumber: www.sinarharapan.co.id
Copyright © Sinar Harapan 2003

PERSOALAN DASAR KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA

Apabila kita berkecimpung disektor bisnis, kita banyak dituntut lingkungan untuk terus berinisiatif, kreatif, dinamis, agresif dan selalu harus mampu mengantisipasi tuntutan lingkungan yang terus berturnbuh. ini semua justru mematangkan pola berpikir dan kehidupan kita untuk terus menempa jiwa wiraswasta kita. Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, walaupun maknanya belum begitu difahami benar. Masih banyak di antara kita belum menyadari pentingnya kewiraswastaan. Sektor bisnis yang sangat kompetitif dan peka terhadap pengaruh lingkungan, mutlak membutuhkan manusia wiraswasta, yang memiliki dinamika, motivasi, kreativitas dan inisiatif nyata. Mereka ini mampu bekerja sama dengan penuh tanggung jawab dalam setiap penugasan yang dibebankan kepadanya. Begitu pula, sektor pendidikan yang relatif tidak atau kurang kompetitif tetap membutuhkan manusia wiraswasta. Jangan beranggapan bahwa apabila kita ingin mendidik calon wiraswasta, kita sendiri tidak perlu berjiwa ataupun berprilaku sebagai wiraswasta. Ini keliru namanya. Kita harus terlebih dulu menjiwai dan mempraktekkan kewiraswastaan tersebut, barulah kita akan berhasil mendidik orang lain. Saya kira keseluruhan aspek kehidupan manusia menuntut agar kewiraswastaan bertumbuh di sanubari masing-masing insan demi keberhasilannya dalam hidup ini. Penyebab Rendahnya Jiwa Wirausaha Harus diakui bahwa kegiatan yang lebih mementingkan hasil dan prestasi kerja, akan lebih mendorong terciptanya pola mekanisme kerja yang lebih obyektif. Sayang hal ini masih merupakan cita-cita belaka. Sebagian besar dari kita belum memiliki jiwa wiraswasta secara nyata. Jiwa ambtenaar masih mewarnai dan menghantui tingkah laku serta kebiasaan kita. Mengapa demikian ? Banyak faktor yang menyebabkannya.
nugraha
Mulai dari lingkungan keluarga sampai pada kebiasaan kerja atau praktek-praktek yang terjadi di masyarakat memang kurang mendukung tumbuhnya jiwa wiraswasta di kalangan masyarakat kita. Nilai-nilai yang diyakini masyarakat kita pada hakekatnya merupakan warisan sejarah kolonial. Struktur masyarakat memang kurang memberi peluang kepada pribumi bangsa kita untuk bisa menempa, mengembangkan atau memiliki jiwa wiraswasta yang baik. Struktur masyarakat pada masa kolonial sengaja diatur agar kita tidak bisa maju. Kesempatan untuk berkembang dibatasi. Pendidikan sangat dibatasi, hanya orang-orang tertentu saja yang memperoléh peluang untuk rnengenyam kemudahan pendidikan dengan baik. Mulai masa kanak-kanak sampai melangkah dewasa dan bekerja, kita kurang dibekali prinsip-prinsip, hidup positif. dinamis dan kreatif. Paling-paling kita diharapkan bisa mèmpelajari dari contoh-contoh yang terjadi di masyarakat melalui cara coba-coba. Kegiatan dan lapangan kerja dibatasi pula. Paling tinggi kita bisa bekerja sebagai pegawai negeri di kantor-kantor pemerintahan ini pun terbatas bagi orang-orang kaya dan keturunan bangsawan. Sebagian terbesar rakyat justru bekerja sebagai buruh dan petani kecil. Kegiatan di sektor ekonomi, perdagangan dan sektor bisnis lainnya diserahkan pada orang-orang Eropa dan golongan non pribumi. Sektor-sektor inilah yang sebenarnya mampu menempa kewiraswastaan kita. Tetapi justru kita kurang diberi kesempatan di bidang ini. Paling-paling satu dua, alias terbatas sekali jumlahnya. Apabila kita berkecimpung di sektor bisnis, kita banyak dituntut lingkungan untuk terus berinisiatif, kreatif, dinamis agresif dan selalu harus mampu mengantisipasi tuntutan lingkungan yang terus bertumbuh. ini semua justru mematangkan pola berpikir dan kehidupan kita untuk terus menempa jiwa wiraswasta kita. Tempo dulu orang kita kalau sudah bisa bekerja di kantor gubernemen. sebagai ambtenaar atau pegawai sudah merasa status sosialnya tinggi. Orang yang bekerja di luar gubernemen dianggap sebagai masyarakat kelas dua atau rendah martabatnya. Kebiasaan ini sudah bertahun-tahun kita alami. Konsekuensinya jiwa ambtenaar telah merasuk ke lubuk hati kita dan telah menjadi keyakinan sebagian terbesar orang kita. Sampai kinipun hal ini masih tertekan. Sudah sejak kecil kita selalu dibebani gambaran bahwa menjadi pegawai adalah satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Orang tua kita menginginkan agar anaknya bisa menjadi ambtenaar. Target yang harus diraih anaknya ialah menjadi pegawai kantoran saja. Prestige lebih diunggulkan dibandingkan dengan prestasi. Orang cenderung lebih memperhatikan gengsi dibandingkan kerja keras untuk berprestasi. Yang lebih di utamakan adalah kepentingan status pribadi ini semakin lama semakin berkembang negatif Lebih-lebih dengan pengaruh materialisme yang semakin nugraha menghantui kehidupan manusia. Kualitas dan prestasi kerja kurang diperhatikan bahkan nyaris diabaikan. Orang hanya mengejar kedudukan dan materi. Bahkan unit kerja yang menjadi favoritpun mempengaruhi gairah kerja setiap orang. Unit yang basah dirasa semakin penting dibanding dengan unit yang kering. Orang akhirnya akan selalu memperhatikan materi melulu, tidak melihat makna pekerjaan yang harus ditangani. Etika dan aturan permainan dalam organisasi diabaikan begitu saja. Fungsi manajemenpun tidak akan berperan baik. Akibatnya pola manajemen dan mekanisme organisasi tidak akan bisa terkendali. Sistem tidak akan mampu mengatur dan mengendalikan kegiatan organisasi. Individu yang menduduki pucuk pimpinan organisasi seharusnya mampu mengendalikan mekanisme kerja organisasi. Tetapi justru mereka kurang memperhatikan aktivitas organisasi secara utuh. Ia hanya mengutamakan kepentingan pribadinya demi kelangsungan dan kesinambungan posisi dan kedudukannya. Ia kurang memperhatikan detail operasional organisasi yang ia pimpin. Segala urusan teknis operasional dipercayakan kepada bawahan dengan otoritas yang dibatasi pula. Konsekuensinya, kelancaran operasionalpun akan terganggu. Sebab orang yang berhak mengambil keputusan berada jauh dari pihak yang membutuhkan keputusan tersebut. Kesenjangan komunikasi ini semakin menganga lebar dan pada gilirannya akan cukup merugikan organisasi secara keseluruhan. Perkembangan juga memperlihatkan adanya kecenderungan pucuk pimpinan untuk berusaha mendominasi organisasi. Otoritas sebagai Pimpinan dicoba untuk ditonjolkan. Segala sesuatu diarahkan agar tergantung pada pucuk pimpinan sepenuhnya. Sampai-sampai sewaktu pimpinan menjalankan cutipun, semua pekerjaan terpaksa harus menunggu sampai ia kembali bertugas. Merah-hitamnya organisasi beserta nasib anggotanya tergantung belas kasihan beliau. Dialah yang berwenang mengatur segalanya. Masyarakat serta lembaga pendidikan benar-benar dituntut peran-sertanya untuk bersama - sama pemerintah memikirkan tersusunnya dan terlaksananya pola pendidikan yang integral. Praktek-praktek demikian telah mampu meruntuhkan jiwa wiraswasta, jiwa mandiri ataupun kemauan bekerja keras bagi setiap pendatang dalam organisasi. Orang yang baru meninggalkan bangku sekolah atau universitas, setelah melihat, merasakan dan mengalami sendiri, idealisme mereka akan mudah luntur atau hilang. Ia akan larut ke dalam arus materialistis, egoisme individu dan berorientasi pada status saja. Pengetahuan manajemen ataupun pengetahuan lain yang sempat diperoleh selama studi akan tersimpan rapat dalam benaknva tanpa perlu dipraktekkan atau diamalkan demi kepentingan masyarakat banyak. Inisiatif ataupun kreativitas seseorang akan mudah hilang lenyap dalam kemelut demikian. Apabila kita mau mengkaji semuanya itu, ternyata hal tersebut nugraha wajar kalau terjadi demikian. Sebab sudah sejak kecil kita secara tidak sadar telah diarahkan untuk memiliki nilai-nilai hidup demikian. Mulai masa kanak-kanak sampai melangkah dewasa dan bekerja, kita kurang dibekali prinsip-prinsip hidup positif, dinamis dan kreatif. Paling-paling kita diharapkan bisa mempelajari dan contoh-contoh yang terjadi di masyarakat melalui cara coba-coba. Ya, kalau ketemu contoh yang baik. Tetapi kalau terus-menerus dihadapkan pada hal-hal yang negatif, kemungkinan besar pola berpikir kitapun akan negatif. Masa Pra-Sekolah Umar kalau sudah besar mau jadi Apa ? Jadi dokter begitu jawab bocah berusia 5 tahun yang bernama Umar. Ya sejak kecil kita memang sudah diajari untuk memiliki cita-cita semacam dokter, Insinyur, guru dan pekerjaan formal lainnya yang Kyosaki menyebutnya sebagi self employee. Jarang orangtua kita mengajarkan, mengarahkan dan membimbing kita untuk jadi pengusaha. Pemikiran seperti itu bisa dimaklumi dalam masyarakat kita yang mementingkan status dan kedudukan social yang mapan disamping peran cultural sebagai sisa-sia penjajahan yang begitu lama. Sejak kanak-kanak kita sudah terbiasa dihadapkan pada kenyataan hidup yang sebenarnya cukup merugikan pertumbuhan jiwa dan pribadi kita di kemudian hari. Lebih-lebih bagi masyarakat masa kini yang sudah termasuk golongan masyarakat dengan kehidupan ekonomi atau sosial cukup baik. Pola kehidupannya ternyata kurang menguntungkan pendidikan anak-anak mereka sendiri. Karena kecukupan materi anak dibiasakan diasuh, didampingi pembantu, istilah kerennya baby – sitter. Segala kebutuhannya diatur dan disediakan oleh si pembantu. Ia dimanja oleh lingkungan keluarga. Akibatnya ia akan suka memerintah, tahu beres saja. Ia tidak pernah mau berusaha sendiri. Ia selalu menggantungkan diri pada orang lain. Dari kecil kita sudah diajari pula untuk membatasi diri pada lingkungan hidup tertentu saja. Muncullah pengelompokanpengelompokan dalam masyarakat yang non-formal sifatnya. Sebagai keturunan orang gedongan, ia tidak diperkenankan sembarangan bergaul. Ia diisolir oleh gambaran-gambaran yang bisa meracuni keyakinan hidupnya di kemudian hari. Konsekuensinya ia akan bisa menutup diri dan hanya bergaul dengan sekelompok masyarakat tertentu saja. Pandangan hidup dan pola berpikirnya akan sempit dan kerdil. Kebiasaan ini nantinya akan dapat mernpertebal orientasinya yang hanya menitik beratkan pada gengsi-gengsian atau status saya, kalau ia memang tidak dibekali prinsip-prinsip hidup yang kokoh. Bagi orang berada, segala kebutuhan, keperluan anak selaiu nugraha tersedia. Pokoknya tugas anak hanya sekolah dan belajar. Pendekatan rnanusiawi oleh kedua orang tua dalam masa pendidikan banyak terlupakan. Masa Sekolah Sewaktu mendaftarkan diri masuk sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, anak-anak sudah dibiasakan dibantu orang tua. Ini dilakukan dengan dalih bahwa untuk bisa masuk sekolah atau mendaftarkan diri sering ada uang ini dan itu. Yang dapat mengatur hal tersebut hanyalah orang tua. Akibatnya anak-anak kurang dididik untuk bisa berusaha sendiri. Minimal mulai masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, seyogyanya anak-anak mulai diarahkan untuk berusaha mendaftarkan sendiri. Bahkan sering pula terjadi bahwa jurusan pendidikan yang harus diikuti anak-anak juga diatur berdasarkan keinginan orang tua. Pergi ke sekolahpun selalu diantar oleh orang tua atau pembantu. Ada yang diantar dengan mobil, motor ataupun sepeda. Ada yang harus sewa becak atau minibus antar jemput secara bulanan. lni wajar diiakukan untuk anak kecil bukan untuk remaja, karena kondisi transportasi memang kurang memungkinkan. Syukur apabila sekolah-sekolah, melalui KOPERASI SEKOLAH misalnya, bisa menyediakan kendaraan antar jemput, sekalipun harus membayar bulanan. Karena hal ini akan dapat mendidik anak-anak untuk berusaha sendiri, berinisiatif dan mulai mandiri. Lalu dilepas dari sifat ketergantungannya pada orang lain. Anak-anak diberi kebebasan memang baik. Tetapi jangan pula sampai jor-joran seperti sekarang atau mereka (siswa SLTP/SLTA) sudah diperbolehkan membawa mobil sendiri ke sekolahan. Penggunaan sepeda motor-pun seyogyanya bisa dibatasi dengan disediakannya kemudahan transportasi yang nyaman aman. Satu dan lain untuk mencegah persaingan yang tidak sehat serta tumbuhnya kecongkakan kekuasaan yang bisa menekan wibawa para pendidik. Pola pendidikan di negara kita memang belum memikirkan secara menyeluruh demikian Pemerintah baru berusaha membenahi sistem dan kurikulum péndidikan yang memang harus segera ditangani secara serius. Di sini masyarakat serta lembaga pendidikan benar-benar dituntut peran sertanya Untuk bersamasama pemerintah memikirkan tersusunnya dan terlaksananya pola pendidikan yang integral. Jadi orangtua wajib ikut berperan aktif dalam menata masa depan anaknya dengan menumbuhkan kemandirian si anak. Jangan hanya memanjakan saja. Jangan hanya menyerahkan kepada lembaga pendidikan untuk membentuk watak dan kepribadiannya. Dewasa inipun kita sering mendengar apabila seorang anak tidak naik kelas, tidak lulus ujian atau tidak diterima masuk sesuatu sekolah, orang tuanya segera tampil untuk mengatasinya. Dengan kekuasaanya, entah berupa gertak dan atau kekayaan, ia memaksa nugraha agar anaknya dinaikkan, diluluskan atau diterima saja. Kenyataan ini nampak sudah biasa atau sudah jamak di masyarakat kita. Sistem backing bertumbuh. Muncullah kecongkakan kekuasaan atas diri anak-anak. Begitu ada masalah, anak-anak berlindung pada Babenya untuk minta bantuan. Akhirnya si anak tidak akan menjadi orang berprinsip ataupun menjadi orang yang penuh tanggung jawab. Ini berbahaya. Sistem pendidikan yang kurang membantu bertumbuhnya inisiatif, dinamika ataupun kreativitas anak didik. Murid secara pasif hanya mendengarkan teori yang dikemukakan oleh sang guru. Sifat pelajaran relatif banyak hafalan. Baru sekarang ini saja sifat pelajaran yang menanamkan pengertian mulai diajarkan. Murid kurang pula dibekali dengan pemberian pengertian melalui gambaran kenyataan hidup yang ada. Bahkan penyediaan bahan bacaan yang terbatas kurang membantu peningkatan pengetahuan anak didik. Untunglah dewasa ini Pemerintah mulai menjamah dan menangani hal tersebut secara lebih serius. Pola dan sistem pendidikan yang partisipatif secara bertahap nampak ditumbuhkan. Disamping itu, banyak dari kita kurang menyadari bahwa kita semua wajib belajar dengan cara melihat, mengamati, mendengarkan, merasakan atau mengalami langsung. Saat ini masih banyak kecenderungan orang untuk hanya mendengarkan kata guru atau dosen dan membaca buku pelajaran saja. Kita relatif belum mendayagunakan kelima indera kita untuk mendengarkan dan melihat kenyataan hidup yang kita alami. Perkembangan lingkungan kehidupan kitapun nyaris tidak diperhatikan sama sekali. Akibatnya banyak dari kita memisahkan secara nyata antara teori dengan praktek. Kita kurang meyakini akan pentingnya ilmu pengetahuan yang kita peroleh demi keberhasilan hidup kita. Kita sudah cukup banyak mencetak tenaga-tenaga sarjana yang diharapkan akan mampu menumbuhkan serta menciptakan manager-manager profesional dengan kapabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi nyatanya hal tersebut masih merupakan harapan. Kemampuan para cendekiawan untuk mengembangkan buah pikirannya nampak masih terbatas, karena mereka kurang mau berusaha untuk itu. Apalagi sebagian besar dari sarjana kita begitu selesai studinya berhenti belajar. Ia kurang berusaha untuk mengkaji terus kenyataan - kenyataan yang ada untuk diolah secara ilmiah. Kerja ya kerja. Baca buku dianggap buang tempo atau dianggap teoritis melulu dan ini tidak perlu. Yang penting praktek. Kalaupun ada yang berkeinginan untuk membaca, ternyata harga bukunya pun tidak terjangkau oleh kantongnya. Orang tua dalam mendidik anak-anaknya pun kurang memikirkan perlunya inisiatif dan kepribadian anak ditumbuhkan. Orang tua selalu mengarahkan agar anaknya memilih jurusan yang dianggap menguntungkan kehidupan materi dikemudian hari, sekalipun yang bersangkutan tidak mampu untuk studi di bidang tersebut. Keinginan orang tua harus dituruti. Kepribadian anak nugraha sering terguncang akibatnya. Ia tidak sempat memupuk kepercayaan diri ataupun menumbuhkan prinsip hidup yang kokoh agar bisa hidup mandiri. Bagi orang berada, segala kebutuhan, keperluan anak selalu tersedia. Pokoknya tugas anak hanya sekolah dan belajar. Pendekatan manusiawi oleh kedua orang tua dalam masa pendidikan banyak terlupakan. Orang tua sibuk dengan urusannya. Mereka menganggap materi yang disediakan bagi anak-anaknya sudah lebih dan cukup. Kalau sudah menyediakan Segala kebutuhan materi anak, orang tua merasa bahwa ia sudah mampu berperan sebagai orang tua yang penuh tanggung jawab. Mereka lupa bahwa ia berkewajiban memberikan dasar pandangan hidup, keyakinan hidup serta membimbing kehidupan rohaninya. Bahkan tidak jarang terjadi dalam suatu keluarga adanya kesenjangan komunikasi yang dalam antara orang tua dengan anak-anaknya. Pendidikan non-formal yang banyak kita temui, kita alami dalam kenyataan hidup bermasyarakat, justru yang paling banyak membentuk pola berpikir dan sikap hidup kita. Inipun kalau kita benar- benar bersikap antisipasif terhadap lingkungan hidup dan kerja kita. Unsur materialisme saat ini memang sangat mencekam kehidupan kita semua. Segala sesuatunya diukur hanya dengan nilai uang. Uang dan materilah yang menentukan segala - galanya. Anakanak orang berada, di sekolahnya pun bertingkah dan dihinggapi kecongkakan kekuasaan. Dengan kekayaannya mereka memberikan warna pergaulan hidup yang kurang baik sok kuasa dan meremehkan orang lain. Keadaan demikian merupakan konsekuensi logis tidak atau kurang berfungsinva orang tua sebagai pengayom dan panutan anak-anaknya. Bapak sebagai kepala keluarga sudah disibukkan dengan urusan kantor, bisnis, rapat, sidang, urusan golf sampai program jantung sehat segala. Sang lbu tak kalah sibuk. Aktif dengan organisasi wanita, kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lain sebagai pendamping suami yang notabene diwajibkan demi kemajuan atau kelangsungan kedudukan sang suami. Luruhlah posisi dan peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan nonformal terpenting bagi pertumbuhan personalitas serta kematangan pola berpikir si anak. Bahkan secara tidak sadar banyak orang tua sudah melepaskan tanggung jawabnya sebagai pendidik watak dan kepribadian anak mereka. Akibatnya pertumbuhan kepribadian, kepercayaan diri ataupun keyakinan hidup si anak tidak bisa bertumbuh stabil. Tanpa bekal iman dan kepribadian dari rumah secara mantap, anak-anak akan mudah diguncang oleh pengaruh lingkungan. Mereka mudah terombang-ambing karena memang belum memiliki prinsip hidup yang mantap. Pendidikan formal tidak cukup sebagai bekal hidup di masyarakat yang telah banyak dipengaruhi unsur-unsur materialisme dan kemajuan teknologi. Tanpa bekal yang kuat, orang akan mudah nugraha mengagungkan materi di atas segala-galanya. Kehidupan materialistis ini jelas lebih banyak berpengaruh negatif terhadap perilaku manusia. Orang hanya akan menghargai sesamanya diukur dari harta atau status sosialnya saja. Saat ini pun sudah banyak contoh dan buktinya. Lain pula dengan golongan yang kurang begitu mampu, yang kehidupan ekonominya cukupan saja. Hasrat dan kemauan belajarnya umumnya tinggi. Mereka mau menghayati dan memahami makna kesulitan hidup. Kreativitas dan inisiatif akan mudah bertumbuh karena memang harus benar-benar berjuang untuk hidup. Mereka umumnya memiliki pandangan hidup atau pegangan hidup yang baik. Mereka tahan uji, tahan dari hantaman dan percobaan. Mereka umumnya tekun dan ulet dalam perjuangan hidupnya. Kenyàtaan ini bisa kita lihat dari pola kehidupan bapakbapak kita yang mengalami pahit getirnya perjuangan fisik dibandingkan dengan pola kehidupan anak-anak beliau yang relatif berkecukupan dalam kehidupannya di masa pembangunan ini. Karena kerasnya perjuangan fisik dan pahitnya kehidupan tempo dulu, bapak-bapak tersebut cukup ulet, tabah dan pantang menyerah sehingga sekarang beliau hidup sukses. Pengalaman pahit demikian inilah yang banyak mendorong mereka untuk cenderung memanjakan anak-anaknya supaya jangan ikut merasakan getirnya kehidupan yang pernah dialaminya. Akibatnya bisa kita lihat dalam kehidupan sekarang ini. Banyak anak kurang memiliki disiplin, inisiatif ataupun kreativitas yang tinggi. Lingkungan kehidupan telah memanjakan dan menina-bobokannya sehingga mereka tidak bisa hidup mandiri. Guna membenahi ini semua dan untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta di kalangan masyarakat, perlu kiranya dibenahi pola pendidikan kita secara menyeluruh. Untuk itu, antara Pemerintah dengan masyarakat harus terjalin kerjasama yang saling mendukung. lnterdependensi antar seluruh anggota masyarakat harus bisa dikembang-tumbuhkan ke arah yang lebih positif. Lembaga pendidikan tidak akan mampu membentuk pribadi-pribadi manusia yang tangguh tanpa peran serta anggota masyarakat secara nyata. Orangtua wajib membekali dasar pembentukan watak dan kepribadian serta keyakinan anak-anaknya. Masyarakat wajib ikut serta mengendalikan atau mengamankan pola pengaturan tatanan masyarakat sesuai peraturan yang berlaku. Pemerintah dan unsur masvarakat lainnya aktif melaksanakan kegiatan pendidikan secara integral. Masa Pendewasaan Pematangan pola berpikir harus terus dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat ini. Bukan berarti kalau kita sudah selesai atau tamat sekolah, kesempatan belajarnya pun terhenti. Proses belajar sebenarnya tidak akan ada henti-hentinya selama hayat nugraha dikandung badan. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan seluruh indera kita semaksimal mungkin. Pendidikan non-formal yang banyak kita temui, kita alami dalam kenyataan hidup bermasyarakat, justru yang paling banyak membentuk pola berpikir dan sikap hidup kita. Inipun kalau kita benar-benar bersikap antisipatif terhadap lingkungan hidup dan kerja kita. Kita belajar dari hasil membaca, melihat kenyataan, mendengarkan pengalaman-pengalaman orang lain, merasakan dan mengalami sendiri suatu kejadian. Dari pengalaman kita inilah, kita akan mampu mengkaji sesuatu dan mematangkan kemampuan kita. Dari pola atau cara belajar demikianlah, masa pendewasaan tersebut harus kita lalui sehingga pola berpikir kita akan semakin matang, luas, mendalam dan mantap. Dalam mengkaji pengalaman tersebut, kita harus pandaipandai menyaring agar diperoleh hasil akhir yang justru mematangkan pola berpikir kita. Selama proses pendewasaan demikianlah, saya rasa letak titik kritisnya. Banyak orang merasa kalau sudah bekerja dan berkeluarga, sasaran utamanya ialah mencari uang saja. Lain tidak. Segala upaya difokuskan untuk itu. Sejalan dengan upaya tersebut, setiap orang minimal akan berusaha untuk bisa meraih kedudukan , posisi ataupun status demi prestige dan gengsinya dalam kehidupan masyarakat. Berkembanglah praktek-praktek yang membawa ekses negatif bagi pola manajemen serta mekanisme organisasi. Kenyataan ini diperburuk dengan semakin kompleksnya perkembangan organisasi. Dalam organisasi yang membengkak timbul berbagai ekses yang cukup menghambat pertumbuhan manajemen. Antara lain timbulnya klik dan koncoisme. Sistem manajemen atau sistem operasional akan kurang bermakna karena aktivitas organisasi sepenuhnya berkiblat pada selera pucuk pimpinan. Pola manajemen dan mekanisme organisasi semacam ini wajar akan muncul bertambah mengingat latar belakang kehidupan keluarga, sosial dan masyarakat yang kita alami memang kurang menguntungkan. Kita sebagai masyarakat panutan ternyata kurang konsekuen sebab banyak senior kita yang justru kurang bisa berperan sebagai panutan yang baik. Lagi pula lingkungan kerja kitapun kurang mendorong bertumbuhnya jiwa wiraswasta yang mandiri dalam sanubari pegawai, dimana pegawai seyogyanya merupakan tenaga PILAR suatu organisasi. Tenaga PILAR yakni tenaga yang memiliki karakteristik berikut : 1. “Pandai”. Tingkat kepandaiannya dapat diandalkan. 2. “Inisiatif”. Kemampuan untuk mengambil inisiatif tampak nyata. 3. “Lugas”. Sifat hidupnya jujur dan tegas penuh disiplin serta tanggung jawab. nugraha 4.”Antisipatif”. Kemampuan untuk terhadap perkembangan lingkungan hidup atau kerjanya cukup baik. 5. ”Rasional”. Pola berpikirnya sangat rasional. Seyogyanya kalau senioritas digunakan sebagai dasar penilaian pegawai, maka kita harus menganut makna senioritas yang murni tanpa mengurangi unsur prestasi Sistem senioritas tetap bisa dimanfaatkan asal digabungkan dengan sistem penilaian prestasi yang berlandaskan kematangan atau kedewasaan pola berpikir pegawai. Dalam prakteknya. Pucuk Pimpinanlah yang menentukan segala-galanya. Pola kerja demikian sangat merugikan organisasi. Pendapat pribadi pegawai sulit dilontarkan, Bahkan nyaris tidak diberi hak untuk mengemukakan pandangannya. Selama ini tenaga-tenaga PILAR sulit dikembangkan karena memang kita sudah terlena, sudah terbawa arus pola berpikir yang lebih mementingkan prestige dibandingkan dengan prestasi. 1. UNSUR SENIORITAS Dalam masyarakat paternalistik atau panutan, unsur senioritas sangat diperhatikan. Tetapi yang diperhatikan nampaknya baru senioritas dalam arti sempit yakni hanya dilihat masa kerjanya, bukan ketrampilan atau kemampuan pegawai yang dapat diperoleh selama masa kerja tersebut. Masa kerja pegawai sudah 15 (lima belas) tahun. Hanya saja selama itu pegawai kurang mau atau mampu berusaha untuk menghayati dan mendalami sifat atau karakteristik serta detail penugasan yang dibebankan kepadanya. Keluasan dan kedalaman penguasaan tugas yang bersangkutanpun setingkat dengan pengalaman kerja selama 1 (satu) tahun saja. Seyogyanya, seseorang dikatakan sudah berpengalaman kerja atau bisa dikatakan pejabat senior, apabila ia benar-benar a. Berpengalaman kerja yang dapat diandalkan bobot dan kadarnya. b. Berpengetahuan dan memiliki pandangan yang luas. c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup dalam, serta d. memiliki pola berpikir yang matang dan mantap. e. Memiliki kearifan (wisdom) Apabila kita mau menganut sistem senioritas, ya harus konsekuen. Jangan hanya karena ia sudah lama bekerja lantas dikatakan senior. Unsur pengalaman sesuai penempatan tidak dihiraukan, sehingga arti senior sudah tidak murni lagi dan memberikan citra yang kurang baik. Seyogyanya kalau senioritas digunakan sebagai dasar penilaian pegawai, maka kita harus menganut makna senioritas yang murni tanpa mengurangi unsur prestasi. Tegasnya kita wajib melakukan nugraha pelurusan sistem senioritas yang selaras dengan keyakinan masyarakat kita. Melalui pendidikan dan pembinaan yang mendasar dan integral, diharapkan kita bisa mulai meluruskan sistem dan mekanisme pengorganisasian setiap unit kerja. Sistem senioritas tetap bisa dimanfaatkan asal digabungkan dengan sistem penilaian prestasi yang berlandaskan kematangan atau kedewasaan pola berpikir pegawai, 2. MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pengambilan keputusan dalam suatu organisasi di negara kita, sebagian terbesar dilakukan kelompok (oleh kelompok PIMPINAN) yakni berlandaskan musyawarah dan mufakat. Demikian pula keputusan yang sifatnya penting. Sayangnya, cara demikian kurang dilakukan secara konsisten , hanya setengah-tengah saja. Dengan dalih musyawarah untuk mufakat, dalam suatu organisasi sering diadakan rapat ataupun pertemuan-pertemuan konsultatif. Apapun nama pertemuan Lembaga Manajemen FE UI pada tahun 1987 melakukan penelitian dan berhasil merumuskan beberapa permasalahan utama yang dihadapi SME sebagai berikut : 1. Sebelum investasi masalah permodalan : kemudahan usaha (lokasi dan perijinan). 2. Pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha. 3. Peningkatan usaha : pengadaan bahan/barang. 4. Usaha menurun karena : kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan teknis, dan administrasi. 5. Mengharapkan bantuan pemerintah berupa modal, pemasaran, dan pengadaan barang. 6. 60 % menggunakan teknologi tradisional. 7. 70 % melakukan pemasaran langsung ke konsumen. 8. Untuk memperoleh bantuan perbankan, dokumen-dokumen yang harus disiapkan dipandang terlalu rumit. tersebut, tetapi setiap keputusan rapat relatif tidak ada yang mengikat sifatnya. Keputusan rapat nampaknya hanya sekedar keputusan di atas kertas. Dalam prakteknya, Pucuk Pimpinanlah yang menentukan segala-galanya. Pola kerja demikian sangat merugikan organisasi. Pendapat pribadi pegawai sulit dilontarkan bahkan nyaris tidak diberi hak untuk pendapatnya. Akibatnya, inisiatif, kreativitas pegawai memudar, atau malah mati impoten. Dan ini membuat kesenjangan semakin dalam. Pada gilirannya pimpinan akan kurang mampu menghayati posisi organisasinya secara obyektif lagi. Marilah kita renungkan benar-benar, apakah dengan pola kerja nugraha demikian, partisipasi pegawai dalam organisasi dapat dikembangtumbuhkan ? Sulit untuk dikatakan saya kira. Sebab nampak adanya kecenderungan pola manajemen yang otoriterlah yang akan berkembang subur. Dan kalau diamati, tindakan otoriter tersebut sebenarnya sebagai akibat ketidak atau kekurang-matangan para senior dan kekurang-mampuan kita mengartikan istilah beserta makna : - Senioritas dan sistem pembinaan pegawai, - Pola pengambilan keputusan secara musyawarah/mufakat serta - Pola manajemen yang partisipatif. Perbaikan pola manajemen sebenarnya bisa terus digalakkan asalkan Pucuk Pimpinan dan seluruh jajaran Pimpinan organisasi benar-benar sadar akan perlunya perbaikan tersebut.
sumber: scribd.com

Mendidik Anak Gemar Wirausaha

Januari 16, 2008 oleh mhzen
sumber: mhzen.wordpress.com

Profesi sebagai wirausahawan, selama ini belum begitu memikat bagi generasi muda. Para remaja saat ditanya apa cita-citanya, kebanyakan menjawab ingin jadi insinyur atau dokter. Jarang sekali ada anak atau remaja, yang sejak awal bercita-cita ingin jadi seorang wirausahawan.

Kondisi ini karena kancah wirausaha atau dunia bisnis, masih jauh dari kehidupan anak-anak atau remaja. Mereka tidak tahu atau belum tahu indahnya kancah wirausaha, sebab selama ini lingkungan yang ada memang kurang kondusif. Mereka berangan-angan jadi dokter atau insinyur, karena profesi tersebut dinilai sebagai profesi hebat dan menjanjikan imbalan finansial yang melimpah. Karena itu wajar saja jika generasi muda jarang sekali yang memiliki cita-cita akan terjun ke blantika wirausaha.

Padahal apa bila tahu bagaimana indahnya berwirausaha, maka dia akan lebih memilih jadi wirausahawan dibanding menekuni profesi lain. Lebih lagi dalam kondisi ekonomi serba sulit sekarang ini. Di saat kondisi ekonomi di negeri ini terpuruk, banyak profesi yang semula mampu mendatangkan finansial bagus ternyata dalam perkembangannya justru bagai telur di ujung tanduk. Sebab jadi karyawan di sebuah instansi, ternyata belakangan ini rawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Bahkan instansi yang selama ini masuk kategori “basah” karena gaji karyawannya rata-rata tinggi, yang semula dikira sangat mantap, juga tetap rentan PHK. Wirausaha adalah satu-satunya profesi mandiri, yang kenal terhadap ancaman PHK. Mereka yang terjun di sektor wirausaha, sepanjang dia mau bias menekuninya terus, tidak ada yang bisa menjatuhkan vonis PHK kecuali dirinya sendiri.

Sebab seorang wirausahawan bias bertindak sebagai karyawan sekaligus manajer dan owner bagi usahanya, sehingga maju atau mundurnya usaha tersebut tergantung dari kesungguhan yang bersangkutan. Jika kancah bisnis tersebut dijalani dengan tekun, kerja keras, penuh semangat dan tidak mudah putus asa, niscaya usaha tersebut pasti akan meraih sukses.

Melihat prospek dunia wirausaha, maka sudah saatnya anak-anak atau para remaja kita latih menjadi wirausahawan. Jiwa entrepreneur perlu kita tanamkan sejak usia dini, agar mereka kelak bisa menjadi wirausahawan yang handal. Jika sejak dini anak-anak sudah dilatih wirausaha, maka setelah dewasa kelak dia akan mampu menjadi seorang wirausahawan yang tegar, disiplin, pantang menyerah dan sukses dalam mengembangkan usaha.

Jiwa wirausaha inilah yang perlu kita tanamkan sejak dini, terhadap anak-anak kita yang nota bene generasi muda. Untuk terjun ke kancah wirausaha sebetulnya tidak perlu menunggu seseorang sudah usia dewasa. Sejak masa kanak-kanak atau remaja, seyogyanya sudah mulai belajar menekuni wirausaha.

Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada usia 8 tahun Muhammad sudah berkiprah menggembalakan kambing. Lepas dari profesi sebagai penggembala kambing, Nabi Muhammad lantas terjun sebagai pengusaha yang selalu jujur dan amanah. Bahkan pada saat usianya baru 12 tahun, Muhammad sudah mampu berdagang ke manca Negara yakni ke negeri Syiria. Dalam berdagang nabi selalu jujur. Karena kejujuran nabi, beliau lantas diberi gelar Al-Amin atau orang yang patut dipercaya.

Para orangtua yang sudah terjun di kancah wirausaha, sebaiknya melibatkan anak-anaknya dalam mengurusi usaha. Hal ini sebagai pengkaderan agar generasi muda kita kelak akan mampu meniti rumitnya dunia bisnis dengan baik. Agar anak-anak bersemangat untuk membantu bisnis yang dijalankan orangtua, mereka juga harus diberi imbalan layak berupa gaji. Dengan imbalan gaji yang diperoleh dari membantu orantua, niscaya anak-anak akan makin semangat ikut berlatih bisnis.

2 Tanggapan ke “Mendidik Anak Gemar Wirausaha”

1.Februari 5, 2008 pada 3:44 am Afra Mayriani

Hi Pak Zen, benar sekali nih bahwa kewirausahaan memang harus diperkenalkan sejak dini untuk generasi muda penerus bangsa. Karena dari dulu kita sudah biasa dengan yg namanya title metereng dan bangga bila bisa bekerja di gedung megah, walaupun profesinya cm sekedarnya saja :) Mertua sayapun masih kolot berpegang pada hal bahwa menjadi karyawan itu lebih membanggakan dari sekedar menjadi tukang tambal ban :) Padahal bisnis tempat servis kendaraan bermotor bukanlah sekedar tambal ban saja. Hanya orangtua jaman dulu tidak pernah mengetahui apa itu arti dari bisnis ataupun profesi entrepreneur….mmhhh…terima kasih jg untuk dukungannya. kalau ke Jakarta mampir ya pak…

Salam Sukses,

Afra Mayriani
http://www.aframayriani.wordpress.com

2.Februari 5, 2008 pada 5:04 pm Muhammad Zen

Dear Mbak Afra, terimakasih ya kunjungannya.

Mbak alhamdulillah saya barusan terpilih sebagai Juara Satu, lomba menulisnya versi: Mas Ersis (webersis.com) / menulismudah.com

Salam dari Kota Apel Malang:
http://mhzen.wordpress.com
http://mzenmzen.multiply.com

Berpisah, dengan sederhana?bisa koq :)

STUDIA Edisi 344/Tahun ke-8 (4 Juni 2007)

http://dudung.net
http://gaulislam.com
http://buletinstudia.multiply.com

Pertemuan adalah awal dari sebuah perpisahan”. Begitu pepatah mengatakan. Saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman sekolah, tak terbayangkan kalo suatu hari nanti, kita pun kudu rela angkat kaki darinya. Ketika pertama kali berkenalan dengan teman sekolah saat masa orientasi siswa, nggak kebayang kalo suatu saat kita pun mesti ikhlas melepas kepergian mereka. Ketika pertama kali mengenal guru yang mengajar dan membimbing kita layaknya orangtua, nggak kepikiran kalo tiga tahun akan datang, dengan berat hati kita lambaikan tangan pada mereka. Memang, nggak akan ada acara perpisahan kalo sebelumnya nggak pernah ketemuan. (hiks...hiks...hiks.... jadi bernostalgia).



Perpisahan sekolah, sebuah tradisi

Menjelang berakhirnya tahun ajaran, tiap sekolah tidak hanya disibukkan dengan persiapan penerimaan siswa baru, tapi juga acara perpisahan yang nggak boleh kelewatan. Mulai dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, atau SMA, semuanya ikut melestarikan momen spesial ini. Maklum, sudah tradisi!

Seperti penuturan Pak Hilman, salah staf pengajar di SMP PGRI 1 Ciawi Bogor, beliau menuturkan, acara perpisahan sekolah selalu ada di akhir tahun ajaran. Biasanya digelar di halaman sekolah pada pagi hingga siang hari yang diisi dengan pentas seni antar kelas atau angkatan serta pengumuman siswa berprestasi. Tujuannya, semata-mata untuk mendekatkan hubungan antar siswa sekaligus penyerahan kembali tanggung jawab pendidikan dari pihak sekolah pada orang tua.

Namun bagi Anindy, muslimah alumnus SMA Ibnu Aqil di Bogor tahun 2006, acara perpisahan di masanya cukup bikin bete. Lantaran acara bebas, nggak ada batasan antara siswa dan siswi. Jadinya campur baur deh alias ikhtilat. Padahal aturan Islam yang mulia udah ngatur tata cara pergaulan dengan lawan jenis. Nah, ikhtilat kan termasuk yang dilarang. Kondisi yang sama juga dihadapi Fida, muslimah alumnus SMAN 4 Kendari, Sulawesi Tengara, tahun 2000. Nggak heran kalo mereka nggak ikut ambil bagian dalam acara itu.

Tak hanya dalam negeri, acara perpisahan sekolah juga hadir di setiap negara dengan kekhasan budayanya. Seperti cerita Norhafidzah, siswi Kolej Matrikulasi Pahang, Malaysia, kepada penulis. Di negeri jiran, acara perpisahan sekolah lazimnya diisi dengan jamuan makan dengan tempat duduk terpisah antara putra en putri. Kadang ada juga yang meramaikannya dengan permainan cabutan bertuah atau kotak beracun alias kotak undian. Waduh! Apa yang dapet undian disuruh minum racun? “terpulang (tergantung).. suruh menyanyi.. melakonkan.. atau terkadang ada juga buat perkara2 yang tidak senonoh macam cium dinding (nyium tembok), cium kasut (nyium sepatu)” nah lho, nggak sekalian disuruh nyium aspal! Hehehe....



Terjebak budaya pesta

Derasnya arus informasi budaya sekular yang menyapa remaja kita, menginspirasi mayoritas pelajar muslim untuk lebih maksimal dalam menikmati hidup dengan bersenang-senang. Tak heran kalo gaya hidup yang berorientasi pada fun (hiburan/kesenangan), food (makanan—termasuk minuman), serta fashion (pakaian/penampilan) kian banyak digandrungi. Kondisi ini melekat sekali dalam budaya pesta remaja saat ini.

Jika budaya pesta udah ngecengin remaja, kondisi apapun bisa dijadikan alasan kuat untuk berhura-hura. Dapet kecengan baru, makan-makan. Mau merit, ngadain bachelor party alias pesta bujang. Putus cinta juga bisa jadi alasan untuk berpesta sebagai simbol kemerdekaan dari sebuah komitmen. Malah bisa jadi, pesta juga digelar demi merayakan keberhasilan mencabut gigi sakit yang udah berminggu-minggu menyiksa batin. Sampe segitunya. Ya iyalah, namanya juga maniak pesta!

Apalagi momen perpisahan sekolah, tentu nggak perlu ditanyain lagi kelayakannya sebagai alasan untuk bersenang-senang. Mulai dari aksi corat-coret pylox di baju seragam, hangout ke tempat wisata, hingga ngadain hajatan malam pesta dansa alias prom night. Parahnya nih ye, di Balikpapan, 13 pelajar merayakan perpisahan dengan teman-teman sekolahnya sambil berpesta miras sebelum diciduk polisi. (Pos metro Balikpapan, 15/05/07).

Sebagai pelajar muslim, tentu budaya pesta yang nggak ada manfaatnya (hura-hura dan maksiat) nggak layak mengisi hari-hari kita. Apalagi prom night yang jelas-jelas datang dari budaya Barat, bisa dipastiin steril dari aturan agama, apalagi aturan Islam. Mulai dari campur baur cewek-cowok, pamer aurat, hingga gaul bebas yang menjurus pada freesex. Budaya pesta hanya akan membuat hati kita membatu, egois bin individualis. Iya dong, coba tengok sekeliling kita. Tega bener kita berpesta-pora dengan menghambur-hamburkan uang sementara teman sekolah kita, tetangga, atau bahkan sodara kita kudu berjuang mati-matian demi mempertahankan hidup. Mana empati kita?



Perjalanan belum berakhir

Sobat, wajar aja kalo kita merasa senang bin gembira karena berhasil menyelesaikan masa pendidikan di tingkat menengah. Meski nilainya pas-pasan banget. Tapi bukan berarti boleh euphoria alias berlebih-lebihan dong. Apalagi sampe terjerumus dalam kegiatan pesta-pora. Nggak deh.

Inget Bro, lulus sekolah bukan berarti akhir dari perjalanan hidup kita. Lulus sekolah cuma sebagian kecil dari penggalan kisah kehidupan kita. Coba deh tarik napas dalam-dalam, keluarkan sedikit-sedikit dari mulut (bukan dari bawah), tenangkan hati, dan coba pikirkan hari esok. Di sana udah nunggu episode kehidupan baru yang bakal kita jalani lagi dari nol.

Yup, dari SMP kita akan masuk ke masa SMA dengan gejolak jiwa muda yang membara dan bisa membakar kita jika salah mensikapinya. Lulus SMA, kita pun disodorkan pilihan untuk melanjutkan pendidikan kita ke perguruan tinggi atau terjun ke dunia kerja. Kedua-duanya menuntut kesiapan mental dan jiwa kita selain materi. Lantaran kita akan berhadapan dengan wajah-wajah baru dengan berbagai karakter. Nah, yang jadi pertanyaan apa yang sudah kita persiapkan?

Setelah tamat perguruan tinggi, masyarakat pun telah menunggu kontribusi positif kita. Usai titel sarjana kita raih, apa yang akan kita perbuat? Menjadi bagian dari komunitas pencari kerja? Atau malah menambah deretan jumlah pengangguran intelek?

Sobat, mau dibingkai seperti apa masa depan kita jika budaya pesta-pora tanpa yang berbalut maksiat lebih kita minati dibanding belajar, berpikir, berdakwah, dan memberikan manfaat bagi semua? Tak tergiurkah kita dengan sabda Rasul: “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain “ (HR Bukhari)



Kemuliaan dalam kesederhanaan

Sobat, kalo kita nyadar bahwa potret masa depan telah kita bingkai sejak saat ini, tentu hidup sederhana dalam keseharian lebih keren dibanding terjebak dalam hingar-bingar kesenangan dunia belaka. Hidup sederhana yang kita maksud adalah membelanjakan harta dengan tidak berlebihan untuk memuaskan nafsunya serta nggak pelit dalam berbuat kebaikan. Allah Swt. berfirman:

وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا.إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًاDan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”(QS al-Isrâ [17]: 26-27)


Jadi, kalo punya harta berapa pun, kita ikhlas membaginya untuk berbuat kebaikan, nggak semuanya dilalap untuk memenuh hasrat belanja kita yang nggak ketulungan. Oya, kalo pun mo beli barang untuk memenuhi keperluan, ya disesuaikan dengan kebutuhan kita. Bukan dipaksa memenuhi keinginan kita yang gampang tergoda oleh iklan yang bombastis. Tetep kalem, Bro! Nggak usah tergesa untuk tergoda.

Untuk itu, kita bisa menauladani kehidupan Rasulullah saw. Umar Ibnu Khattab bercerita: “Aku pernah minta izin menemui Rasulullah, aku mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau berada di atas tanah, beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya, aku tidak sanggup menahan tangisku.

“Mengapa engkau menangis, hai putra Khaththab?” Rasulullah bertanya. Aku berkata, “Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau. Engkau ini nabi Allah, kekasihNya, kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Padahal di tempat sana, Kisra dan Kaisar duduk di atas kastil emas, berbantalkan sutra”.

Nabi yang mulia berkata, “Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga, kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia seperti seseorang yang bepergian pada musim panas, ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya”. (Hayat al- Shahabah 2: 352)

Untuk mewujudkan pola hidup sederhana dalam keseharian, bisa kita mulai dengan: Pertama, jinakkan perasaan tidak puas terhadap kenikmatan yang udah Allah kasih buat kita. Hidup kita bakal dibikin tekor dunia dan akhirat kalo pikiran selalu terfokus pada apa yang belum kita miliki, bukan mensyukuri apa yang sudah kita punya.

Kedua, lejitkan rasa percaya diri dalam diri kita. Orang psikologi bilang, Orang yang punya merasa rendah diri akan mudah terjebak dalam pola hidup yang tidak sederhana dengan cara menipu diri -self deception (Hamacheck: 1987). Dia takut memunculkan identitas aslinya sehingga menipu dirinya dengan menghadirkan jati diri orang lain yang dipercaya bisa diterima oleh lingkungan dibanding dirinya. Maka, sebagai remaja muslim, kudu tetep confident dengan kesederhanaan hidup kita yang terbalut ridho ilahi. Nggak mesti jadi bebek kan? Nggak usah semangat ikut yang salah.

Nah sobat, alangkah indahnya jika kita bisa menghiasi hidup kita dengan kesederhanaan. Kita bisa ngasih nilai tambah pada momen perpisahan sekolah tanpa harus menyeretnya dalam budaya pesta berbalut maksiat. Kegiatan bakti sosial, foto bareng temen-temen sekelas di halaman sekolah, atau bikin buku angkatan yang berisi biodata singkat semua sohib satu angkatan dengan catatan dan harapan masing-masing, bisa jadi alternatif agenda di akhir tahun ajaran.

So, yang penting mari kita sama-sama belajar mencontoh kehidupan Rasulullah saw. maupun para sahabat yang sederhana dalam penampilan namun berlimpah dalam kebaikan serta memberikan manfaat bagi semua orang. Itu baru cool, calm, en confident as a moslem![hafidz: hafidz341@telkom.net]
sumber: buletinstudia.multiply.com

untuk kita para remaja: Kekuatan di Balik Kesederhanaan

INILAH.COM, Jakarta - "Kearifan adalah palu, kebijaksanaan adalah paku. Seseorang yang hidup kerja keras dengan kejujuran, tidak akan kehilangan keberaniannya." Dengan kalimat indah penuh makna ini, seorang raja dapat bertemu kembali dengan putera mahkota yang telah lama hilang.

Film In The Name of The King ini diawali dengan kisah seorang petani bernama Farmer (Jason Statham), yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya. Ia tinggal di tempat yang tenang bersama istrinya Solana (Claire Forlani) dan putra lelakinya Zeph (Colin Ford). Mereka bertiga hidup tenang dari bertani dan menjual hasil-hasilnya di kerajaan Ebh tempatnya tinggal.

Kehidupan tenang mereka tiba-tiba terganggu ketika makhluk-makhluk jahat yang disebut Krug utusan penyihir Gallian (Ray Liotta) memporak-porandakan kerajaan Ehb. Putra satu-satunya dan mertuanya terbunuh serta Solana diculik. Dendam membawa Farmer besera mentornya Norick (Ron Perlman) dan kakak ipar Bastian (Will Sanderson) mengejar tentara Krug untuk membebaskan keluarganya yang tersisa.

Sementara itu, penyihir kerajaan, Merick (John Rhys-Davies) menyadari bahwa yang menggerakkan para Krug adalah musuh lamanya, Gallian (Ray Liotta) si penyihir jahat. Ia berencana menggulingkan kekuasaan Raja Konreid (Burt Reynolds), dengan bantuan keponakan sang Raja, Duke Fallow (Matthew Lillard). Galiian juga tak segan memanfaatkan putri Merick yang juga penyihir, Muriella (Leelee Sobieski).

Di tengah perjuangannya, Farmer perlahan menunjukkan sebuah kualitas yang lebih dari penapilan sederhananya. Sebuah fakta mengejutkan mengenai dirinya pun terungkap. Siapakah dia sebenarnya dan apakah ia berhasil mengalahkan Gallian?

In The Name Of The King merupakan sebuah film yang diangkat dari permainan video bertajuk Dungeon Siege. Sutradara Uwe Boll selalu saja gagal membuat sebuah visualisasi yang baik dari sebuah game. Ia tak juga jera dengan gagalnya Bloodrayne (2005). Entah pesona apa yang dimilikinya sehingga mampu mengajak kembali supermodel-aktris Kristanna Loken, dan bahkan jajaran aktor-aktris kelas atas ke dalam film ini.

Tak ada keistimewaan dalam film ini, hanya mengandalkan nama-nama besar dalam daftar pemainnya. Jason Statham malah terlihat kurang maksimal. Apalagi di Tanah Air rilis film ini bersamaan dengan film Statham yang berjudul Death Race di mana penampilannya jauh terlihat lebih baik. Kendati kalah jauh jika dibandingkan dengan trilogi Lord of the Ring atau Gladiator, film ini cukup menarik, apalagi bagi penggemar film kolosal. (E2)

Judul Film: In the Name of the King

Jenis Film/Rating: Aksi / Dewasa

Pemain: Jason Statham, Leelee Sobieski, John Rhys-Davies, Ron Perlman, Kristanna Loken, Matthew Lillard, Claire Forlani, Ray Liotta, Burt Reynolds

Sutradara: Uwe Boll

Penulis Naskah: Doug Taylor, Rappaport

sumber: www.inilah.com

Remaja dan Stres

Oleh: GUNTORO UTAMADI
Banyak orang mengira bahwa stres hanya dialami oleh orang dewasa, berkaitan dengan kesibukan dan tanggung jawab yang harus dipikul dalam kehidupan berkeluarga, pekerjaan dan lingkungan sosial. Mereka pikir kehidupan anak dan remaja “fun-fun” saja, karena kegiatan kita cuma sekolah, pacaran dan main. Padahal, tantangan yang kita hadapi juga nggak kalah berat. Selain harus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kita masih harus menghadapi berbagai tes dan ujian di sekolah, berantem dengan orang tua, belum lagi tekanan sebaya alias peer pressure. Semua ini membuat remaja kadang mengalami tekanan atau stres melebihi yang dialami orang dewasa.

Walaupun kedengarannya agak aneh, stres atau tekanan sesungguhnya diperlukan dalam hidup ini. Kalau kita harus terus menerus berhadapan dengan kegiatan yang kurang menantang atau tidak membuat kita harus berpikir, lama-lama kita akan bosan. Misalnya saja pada akhir masa liburan sekolah, seringkali kita merasa bosan dan malah menunggu-nunggu balik lagi ke sekolah. Kita merasa bosan karena tidak ada rangsangan mental yang cukup, yang memaksa kita berpikir atau bertindak. Terlalu sedikit stres akan berdampak sama dengan terlalu banyak, dua-duanya bisa bikin kita depresi.

Ada jenis stres yang muncul dengan sendirinya tanpa bisa kita kendalikan atau atur. Misalnya saja ketika kita akan ujian akhir, atau ditunjuk berpidato mewakili sekolah di depan presiden, kita bisa merasa alarm tubuh kita bekerja, yang dalam bahasa Inggris disebut “fight-or-flight reaction” (terjemahan bebasnya adalah “hadapi atau lari”, namun dalam bahasa sehari-hari kita biasa bilang panik). Reaksi ini terjadi ketika otak dan hormon pada tubuh kita merespons sesuatu yang dipandang berbahaya. Hormon ini membuat jantung kita berdebar lebih cepat, otot-otot mengejang dan tekanan darah meningkat. Napas jadi lebih pendek dan kita mulai berkeringat, bahkan mungkin kita merasa mual dan pusing.

Kalau kamu pernah mengalami ini, kamu nggak sendirian, karena kita semua adalah produk dari evolusi ribuan tahun. Walaupun manusia modern sekarang bisa mengendarai mobil, ngobrol lewat HP, browsing internet, bahkan menciptakan pesawat luar angkasa, kita masih memiliki reaksi alamiah dalam menghadapi keadaan darurat. Sehingga, walaupun jaman sekarang jarang sekali kita harus berhadapan dengan binatang buas, kemampuan itu masih ada. Ketika tubuh kita berhadapan dengan bahaya, kita akan siap bertarung melawan binatang buas itu, atau kabur melarikan diri. Binatang buas itu pada jaman sekarang bisa berbentuk ujian, pidato, pertandingan olah raga, berhadapan dengan camer, atau macam-macam lagi.

Rasa panik seperti tadi bisa membuat kita merasa sangat tidak nyaman, tapi biasanya hal ini tidak berlangsung lama, karena segera setelah bahaya lewat, kita jadi biasa lagi. Sedangkan chronic stress alias stres berat, yang sedikit berbeda dengan rasa panik, karena rasa stres ini tidak terlalu intens namun berlangsng lebih lama. Stres biasanya dihubungkan dengan problem jangka panjang yang berada di luar jangkauan kita, seperti misalnya bila orang tua kita bercerai, atau menghadapi mata pelajaran yang sulit dan tidak kita sukai sepanjang semester. Selain itu, penyakit berat yang kita derita seperti kanker atau jadwal yang terlalu ketat dan sibuk juga bisa bikin stres. Ada banyak hal yang dapat memicu stres, dan ini seringkali sangat tergantung pada kepribadian kita dan situasi yang kita hadapi.

Kadang-kadang kita sulit mengenali gejala stres karena stres seringkali mempengaruhi tubuh kita dan membuat kita merasa bahwa kita sakit tanpa tahu bahwa ini adalah gejala stres. Misalnya, bila gejala stres yang kita alami berupa sakit perut, kita pikir kita salah makan. Gejala-gejala stres bisa berupa rasa tidak enak pada perut, seperti diare, kembung atau sulit buang air besar, sakit kepala, sakit punggung, insomia (tidak bisa tidur), tidak ada nafsu makan atau sebaliknya nafsu makan berlebihan, mudah marah dan tersinggung, cemas, ingin menyendiri, menangis, atau merasa frustrasi dengan hal-hal sederhana yang biasanya tidak kita hiraukan. Kalau kamu mengalami salah satu atau lebih dari hal di atas, kemungkinan kamu mengalami stres. Tapi jangan khawatir, karena ada banyak cara untuk mengendalikan stres.

Cara paling oke bagi remaja (sebetulnya bagi semua orang) untuk menghadapi stres adalah dengan berolah raga. Memang kedengaran aneh, kok kita harus olah raga untuk menghilangkan pusing dan sakit perut. Akan tetapi, olah raga tidak hanya baik untuk tubuh, melainkan juga untuk pikiran. Aktivitas fisik membuat tubuh kita melepaskan hormon endorfin yang bikin kita merasa tenang dan nyaman. Latihan erobik bisa meredakan stres, karena erobik membuat kita bernapas dalam. Mengambil napas dalam-dalam sangat baik dilakukan ketika kita sedang marah atau tertekan. Kalau kita bukan atlit atau tidak biasa olah raga, kita bisa saja jalan kaki atau naik sepeda.

Cara lain untuk mengatasi stres adalah dengan hang out dengan teman-teman. Melakukan sesuatu yang kita senangi bersama dengan orang yang kita sukai bisa membantu kita kembali konsentrasi. Bahkan, main dengan sesama teman yang sedang bete juga bisa jadi kegiatan yang bagus untuk menghadapi stres. Nonton, jalan-jalan ke mal atau makan di restoran bareng bisa bikin kita santai sehingga stres terkendali. Kalau teman-teman kita yang bikin kita stres (ini merupakan hal yang memang sering terjadi di masa remaja), kita bisa minta bantuan teman lain atau orang tua. Atau, kalau masalah tidak terpecahkan, cari aktivitas dan teman baru.

Selain itu, yang bisa kita lakukan adalah menekuni hobi kita. Banyak remaja yang bingung ketika ditanya apa hobinya. Padahal, melakukan sesuatu berkaitan dengan hobi bisa bikin kita merasa tenang dan senang. Jadi, mulai sekarang, kamu bisa menggali apa hobimu dan mulai menekuninya. Berkumpul dengan orang-orang yang berhobi sama juga akan menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk mengatasi stres, selain tentu saja memperluas pergaulan.
Latihan pernapasan juga hal yang bagus. Iya, lho, walaupun pada awalnya kita merasa janggal, lama-lama manfaatnya akan terasa. Ambil napas dalam-dalam, hitung sampai sepuluh, baru hembuskan lagi pelan-pelan. Latihan seperti ini terutama baik dilakukan ketika kita senang panik, karena membantu kita melawan kecemasan.

Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa kita tidak bisa mengatur semuanya. Akan selalu ada hal-hal yang bertentangan atau terjadi tidak seperti kehendak kita. Dalam hidup, hal ini biasa. Selain itu, tidak semuanya sepenting yang kita pikir. Bukan berarti kita tidak boleh cemas akan apapun, karena cemas juga hal yang manusiawi. Kadang kala tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali pasrah. Karena itulah, berserah diri kepada Tuhan merupakan cara yang jitu mengatasi stres.
Apapun yang kita alami, jangan pernah mengatasi stres dengan cara yang tidak sehat, karena pada akhirnya kita hanya akan menambah stres dalam diri kita. Banyak remaja maupun orang dewasa yang mencoba mengatasi stres dengan merokok, minum alcohol atau nge-drugs. Kita harus ingat bahwa perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh rokok, alcohol dan drugs tadi hanya semu. Segera setelah kita berhenti melakukannya, kita akan merasa makin stres, sehingga kita harus terus menerus menambah dosis sampai ketagihan. Kalau sudah begini, tidak saja kita akan tambah stres, orang-orang terdekat kita juga akan kena imbasnya.

Kalau kita merasa bahwa kita tidak lagi bisa menangani stres yang kita alami, ada baiknya kita minta bantuan. Bicara dengan teman, orang tua, guru BP, psikolog bisa membantu kita melihat permasalahan dari perspektif yang berbeda. Bisa juga kamu coba konsultasi atau curhat dengan konselor di Youth Center PKBI di kotamu. Atau, kalau curhat saja tidak cukup, paling tidak mereka akan dapat membantu kita mencari pertolongan yang tepat. Okay?

sumber: www.geocities.com/guntoroutamadi/artikel-remaja-dan-stress.html

khusus untuk orangtua remaja :)

tips untuk Orangtua hadapi sang buah hati :)
Sebagai orang tua, kita kadang lupa bahwa kita menjadi panutan buah hati kita. Ada saatnya kita mengalami tekanan masalah yang membuat kita kehilangan kendali dan marah. Menghindari hal tersebut, berikut beberapa cara untuk dapat mengendalikan amarah.

1. Kenali amarah akan masa lalu Anda

Terkadang orangtua memiliki masalah pelik dalam diri masing-masing baik itu masalah diri sendiri, pekerjaan ataupun antara hubungan sesama (baik itu pasangan, saudara bahkan orang tua)

Telah banyak contoh kasus dan juga berdasarkan analisa yang ada bahwa banyak anak yang memiliki orang tua terutama Ibu yang memilki karakter temperatur tinggi dan pemarah akan menghasilkan seorang anak yang susah diatur dan tidak disiplin.

Sebagai orang tua terlebih seorang Ibu dianjurkan agar mengenali dulu apa menjadi masalah dalam dirinya untuk dapat mengendalikan dan menenangkan emosinya;

1. Apakah sebelumnya Anda diperlakukan tidak adil dan diperlakukan semena-mena (dipukul) di masa kecil Anda?
2. Apakah Anda seseorang yang susah dalam mengendalikan emosi, bila dalam keadaan marah?
3. Apakah Anda merupakan seseorang yang kurang sensitif terhadap perasaan damai?

Kenali benar akan situasi permasalahan yang Anda hadapi apakah itu persoalan dalam hal pekerjaan, keluarga, orangtua, pasangan, diri sendiri, ataupun anak?

Hal penting yang perlu diingat Anak adalah cermin dari diri kita sendiri! Jika anak-anak melihat Anda pada saat kejadian Anda sedang emosi baik itu dengan refleksi muka marah, dan mendengar suara dengan nada amarah, maka demikianlah anak itu akan menjadi seperti Anda.

2. Jaga Keseimbangan emosi anda

Setiap orang memiliki sifat emosional yang dapat meledak sewaktu-waktu. Beberapa orangtua memiliki kecenderungan pemarah pada saat mempunyai persoalan/permasalahan pada dirinya.

Cobalah untuk mengkategorikan tingkah laku terhadap kenakalan anak-anak Anda menjadi 2 kategori :

1. smallies (suka mengganggu) dimana suka usil, tidak bias diam, dan menangis bila dalam keadaan marah
2. biggies (suka menyakiti diri sendiri ataupun orang lain dan juga barang-barang/peralatan yang ada disekelilinginya) dimana membutuhkan tindakan yang cepat tanggap untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (kecelakaan. Luka) baik terhadap diri si anak maupun anak lainnya dan juga orang lain.

Cobalah untuk mengkategorikan permasalahan dalam menangani anak dalam 2 kategori yaitu:

1. Si Pengganggu, dimana kebiasaannya adalah mengganggu kesukaan dan milik orang lain dan senjata andalannya adalah menangis
2. Si Perusak, dimana tingkat kenakalannya adalah merusak baik diri sendiri maupun barang miliknya atau yang ada disekitarnya, (membutuhkan tindakan yang cepat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan baik untuk anak yang lain maupun terhadap diri kita sendiri sebagai orang tua)

Berikut cara mudah dalam menjaga keseimbangan emosi apabila terjadi kekacauan akibat dari kenakalan yang dilakukan anak-anak dengan kategori smallies, maka katakan dalam hati beberapa hal yang posisitif untuk menenangkan diri, misalnya;

1. Saya marah tapi saya dapat mengontrol diri
2. Kecelakaan kecil seperti ini biasa terjadi
3. Saya orang dewasa dan harus bisa menghadapi ini dengan tenang
4. Saya marah terhadap kekacauan yang terjadi bukan kepada anak-anak
5. Tenangkan diri dan kita akan belajar dari apa yang terjadi hari ini

Lakukan ini berulang-ulang dengan menggunakan taktik bersandiwara di depan anak-anak, mungkin dengan menggunakan kalimat yang dapat menggugah perasaan dan perilaku anak-anak, misalnya seperti;

1. O..ow ada yang buat kekacauan disini
2. Saya ambilkan kain untuk membersihkannya
3. Tidak masalah! Mama Bantu untuk membersihkannya Anda akan melihat betapa kontradiksi yang terjadi pada masa kecil Anda. Tidaklah mudah dalam mempraktekkannya dibandingkan apa yang Anda bayangkan.

Apabila Anda mengalami kesulitan dalam menjalankannya dalam hal untuk mengontrol emosi Anda, Anda mungkin dapat mencoba untuk menarik nafas dalam-dalam, berlalu, tetap tenang, dan merencanakan strategi kemudian kembali ke tempat kejadian perkara. Dengan dapat mengontrol diri Anda dan menghadapi anak-anak dengan tenang apabila mereka sedang berulah, dan melakukan hal-hal diatas maka akan memberikan pelajaran bagi anak-anak bahwa anak-anak mengerti orangtuanya sedang dalam keadaan marah, dan orangtuanya berhak melakukan ini terhadap mereka, Dia tidak suka apa yang sudah aku perbuat dan lakukan, tetapi dia tetap menyangi aku, dan dia merasa aku sudah bias membantunya untuk membersihkan kekacauan yang sudah kulakukan.

Dengan bertambahnya usia anak-anak maka akan makin beragam tingkah laku anak-anak, maka kesulitan dalam menanganinyapun semakin sulit bagi orangtua. Seringkali perasaan bersalah yang teramat sangat terhadap anak setelah emosi terlampiaskan seperti halnya melempar sesuatu sebagai pelampiasan kemarahan terhadap anak.

Adalah lebih mudah apabila kita sebagai orang tua menyadari dapat mengontrol emosi dan kemarahan kita daripada mengontrol tingkah laku anak-anak saat ini dan nantinya. Dan bilamana kita sebagai orang tua mendapati diri kita sedang emosi pada anak, jangan biarkan emosi dan kemarahan terlepaskan begitu saja sehingga menjadi emosi yang tidak dapat terkontrol lagi

1. Amarah kepada anak-anak
2. Amarah terhadap diri sendiri
3. Amarah yang berlebihan kepada anak akibat amarah kepada diri sendiri
4. Amarah dikarenakan amarah

Anda harus bisa menghentikan rantai amarah ini saat ini juga untuk melindungi diri Anda sendiri dan anak-anak Anda

3. Kendalikan Amarahmu

Emosi adalah suatu perasaan untuk melakukan sesuatu hal. Amarah dengan arahan yang baik dapat mengakibatkan kebaikan dan memperbaiki keadaan yang salah, misalnya pertama ketika dalam hal tidak membiarkan anak-anak melakukan hal-hal yang tidak benar, kedua dalam hal mengajarkan anak-anak dalam bertindak untuk bertingkah laku sopan kepada orangtua. Ini merupakan tindakan amarah yang baik.

Amarah dapat menjadi sesuatu berbahaya bila tidak dapat menjadikan dan memperbaiki keadaan menjadi baik dan benar. Amarah yang terjadi dibiarkan dan menjadi berkelanjutan sehingga tidak menghiraukan perasaan Anda sendiri, diri sendiri, juga kepada orang yang menyebabkan amarah itu terjadi. Anda melewati ambang batas kesabaran Anda sehingga amarah itu semakin menjadi dan tidak dapat dibendung lagi. Itu merupakan amarah yang berbahaya.

4. Berhenti untuk menyalahi diri sendiri

Seringkali emosi dan kemarahan yang terjadi adalah merupakan sesuatu hal yang sangat Anda tidak suka, tetapi pada kenyataannya energi emosi berupa kemarahan seringkali terjadi tanpa kita sadari. Tapi sebagai bahan renungan bahwa ada kalimat mengatakan “Tidak ada orang yang sempurna, orang seringkali membuat kesalahan tanpa disadarinya” Hanya diperlukan bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut dengan tidak mengulanginya kembali. Selalu berpikir positif untuk tujuan kebaikan bersama terutam keluarga terutama anak-anak

5. Hati-hati terhadap situasi keadaan diri yang kacau yang dapat menjadi acuan tingkat emosi atau kemarahan Anda

Apakah situasi kehidupan Anda yang membuat Anda mudah emosi? Bila demikian maka Anda memiliki kecenderungan mudah marah terhadap anak-anak Anda. Misalnya pengalaman dalam kehilangan pekerjaan atau hal serupa lainnya merupakan salah satu akibat yang dapat menyebabkan emosi/kemarahan terjadi. Tetapi dengan menyadari situasi keadaan diri menjadikan diri lebih mudah untuk menghadapi tingkah laku kenakalan anak-anak bila tidak malah mengakibatkan kebalikannya. Dengan demikian Anda dapat menjelaskan situasi keadan diri Anda terhadap anak-anak Anda agar anak-anak dapat mengerti kesulitan akan keadaan yang sedang dihadapi oleh orangtuanya.

Atau lebih tepatnya Anda dapat mengatakannya demikian: “saat ini Ayah sedang dalam keadaan bingung dan sedih dikarenakan Ayah sedang tidak bekerja lagi, Ayah ingin kalian mengerti hal ini. Ayah sedang mencari pekerjaan baru dan kita akan baik-baik saja sekarang tetapi apabila Ayah sedang bingung dan sedih mungkin terkadang Ayah akan bersikap emosi dan marah bukan karena Ayah tidak saying terhadap kalian tetapi dikarenakan ada hal-hal yang sedang dipikirkan Ayah yang membutuhkan konsentrasi dalam keadaan tenang.”

Dan bila memang sudah sampai ke ubun-ubun Anda dan Anda tidak dapat menahan emosi Anda, maka sudah seharusnya Anda meminta maaf atas keterlanjuran emosi dan kemarahan yang sudah terjadi. Misalnya dengan mengatakan “Maafkan Ayah karena Ayah sudah marah tadi, itu dikarenakan Ayah sedang konsentrasi terhadap sesuatu, itu bukan salah kalian (anak-anak). Dengan demikian sebagai orangtua kita berusaha untuk selalu dapat berterusterang kepada anak-anak dan juga terhadap diri sendiri. Mengenali emosi diri kita maka kita dapat tetap menjaga emosi kita sampai dengan situasi keadaan yang membuat kita emosi terselesaikan.

Akan selalu ada permasalahan dalam kehidupan ini yang tidak dapat kita tentukan kapan datangnya masalah tersebut. Semakin pandainya kita mengenali permasalahan yang ada terhadap situasi yang terjadi maka kita akan menjadi orangtua yang lebih berpengalaman dan bijaksana demikian juga sebagai diri sendiri (orang), dengan menyadari bahwa kehidupan keluarga yang Anda jalani adalah dengan dapat mengontrol segala tindakan yang diambil oleh Anda sendiri, yaitu dengan dapat menangani emosi Anda, dimana emosi dapat menjadi bumerang untuk Anda bahkan terhadap anak-anak Anda.

Sumber : berbagai sumber

Tips dan Trik Menjinakkan Rasa Marah

Diposkan oleh "budhe Fakhrun Musriati"

Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala sifat buruk yang ada dalam diri kita akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dll di sekitarnya.

Banyak orang bilang kalau menyimpan emosi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat pecah sewaktu-waktu dan bisa melakukan hal-hal yang lebih parah dari orang yang rutin emosian.

Oleh sebab itu sebaiknya bila ada rasa marah atau emosi sebaiknya segera dihilangkan atau disalurkan pada hal-hal yang tidak melanggar hukum dan tidak merugikan manusia lain.

Beberapa ciri-ciri orang yang tidak mampu mengandalikan emosinya :
1. Berkata keras dan kasar pada orang lain.
2. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya.
3. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya.
4. Melakukan tindak kriminal / tindak kejahatan.
5. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb.
6. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam.
7. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain. dsb…

Cara lainnya :

1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan
Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain. Nah, sekarang tukar posisi di mana anda menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas anda akan cengar-cengir sendiri.

2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
Jika sedang marah alihkan perhatian anda pada sesuatu yang anda sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi anda. Jika emosi agak memuncak mingkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.

3. Mencari Kesibukan Yang Disukai
Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi.
Contoh seperti mendengarkan musik, main ps2 winning eleven, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, chating, chayang-chayangan dengan kekasih pujaan hati, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya. Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, make narkoba, dan lain sebagainya.

4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain
Yang Bisa DipercayaMenceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, pacar/ kekasih, isteri, orang tua, saudara, kakek nenek, paman bibi, dan lain sebagainya.

5. Mencari Penyebab Dan Mencari Solusi
Ketika pikiran anda mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira-kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.

6. Ingin Menjadi Orang Baik
Orang baik yang sering anda lihat di layar televisi biasanya adalah orang yang kalau marah tetap tenang, langsung ke pokok permsalahan, tidak bermaksud menyakiti orang lain dan selalu mengusahakan jalan terbaik. Pasti anda ingin dipandang orang sebagai orang yang baik. Kalau ingin jadi penjahat, ya terserah anda.

7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan anda. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata : ya ampun…. sama yang kayak begini aja kok bisa marah, nggak penting banget sich…

8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
Sebelum marah kepada orang lain cobalah anda memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut anda layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena diliatin sama orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut / berantem. Masalah sepele jangan dibesar-besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.

9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
Semakin banyak cita-cita dan impian hidup anda maka semakin banyak hal yang perlu anda raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup anda setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu anda yang berharga.

10. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah
Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup anda adalah yang paling penting. Anggap kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar anda dan jika perlu mintalah bantuan orang lain untuk mengatasinya.

11. Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi
ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Cukup dengarkan apa yang ingin ia sampaikan dan jangan banyak merespon. Tenang dan jangan banyak hiraukan dan dimasukkan dalam hati apa pun yang orang marah katakan. Cukup ambil intinya dan buang sisanya agar kita tidak ikut emosi atau menambah beban pikiran kita.

12. Jika marahnya karena sesuatu yang kita perbuat maka kalau bukan kesalahan kita jelaskanlah dengan baik, tapi kalau karena kesalahan kita minta maaf saja dan selesaikanlah dengan baik penuh ketenangan batin dan kesabaran dalam mengatasi semua kemarahannya. Lawan api dengan air, jangan lawan api dengan api. Semoga berhasil menjinakkan emosi rasa marah anda.
sumber: happyindohaqatar.blogspot.com

Tips Mengatasi Kemarahan Remaja

Bab 1
# Ingatlah: kamu tidak gila. Kamu bukanlah keseluruhan masalahnya.
# Bersikaplah terbuka karena ini dapat mengubaha cara kamu mengekspresikan dan menangani kemarahanmu.
# Ambillah kendali pada satu-satunya hal yang dapat kamu kendalikan: dirimu sendiri.
# Kamu dapat memperoleh lebih banyak kepercayaan dan kebebasan dari keluargamu dengan cara membuat mereka memiliki ekspektasi yang lebih realistis terhadap dirimu.

Bab 2
# Merasa marah itu hal yang normal
# Masalah terjadi hanya ketika kita bertindak dalam kemarahan

Bab 3
# Tindakan yang dilakukan saat marah akan merugikan hubunganmu dengan orang lain dan merugikan dirimu sendiri
# Tindakan yang dilakukan saat marah terkadang ilegal
# Bedakan antara mengekspresikan kemarahan dalam kata-kata dan mengekspresikannya dalam tindakan
# Belajarlah untuk mengatasi kemarahanmu dengan terlebih dahulu berkata, "Saat ini aku merasa marah karena ..."
# Pahami bahwa pria dan wanita memiliki kemungkinan yang setara dalam mengekspresikan kemarahan mereka dengan cara-cara yang destruktif
# Ingatlah bahwa kemarahan berkaitan dengan menerapkan kekuatan dan kendali
# Waspadalah terhadap tiga cara untuk menghadapi kemarahan: menginternalisasikannya (memendamnya), terlalu mengendalikannya, dan kurang mengendalikannya
# Pelajari alasan mengapa kamu bertingkah seperti sekarang ini
# Ketahui bahwa, meski kamu telah memiliki masalah perilaku yang telah kamu pelajari ini, kamu dapat melepaskannya

Bab 4
# Ketika kamu terprovokasi untuk marah, ingatlah bahwa tidak ada orang yang marah tanpa alasan sama sekali
# Berikan perhatian pada apa yang sedang terjadi di dalam dirimu alih-alih berfokus pada apa yang orang lain katakan atau lakukan
# Kamu dapat mengendalikan pikiran yang kamu pilih tentang dunia ini, orang lain, dan dirimu sendiri
# Gantikan pikiran-pikiran yang negatif dengan yang positif
# Ketika kamu marah, kamu masih memiliki kendali
# Walaupun orang lain mungkin memprovokasi dirimu, tetapi kamulah yang memilih untuk bertindak dalam kemarahan
# Tanpa memedulikan apa yang orang lain katakan atau lakukan, bertindak dalam kemarahan bersifat destruktif dan pada akhirnya akan menyakiti dirimu
# Kamu hanya memiliki kendali atas dirimu sendiri. Kamu tidak memiliki kendali atas apa yang orang lain katakan atau lakukan
# Terimalah tanggung jawab dan akui bahwa kamu memiliki pilihan dan memegang kendali
# Terimalah perubahan

Bab 5
# Tidak apa-apa kamu merasa marah, tetapi yang menimbulkan masalah adalah cara kamu memilih untuk mengekspresikan kemarahan tersebut
# Bahkan saat kamu sedang berada di puncak kemarahan, kamu masih membuat pilihan tentang bagaimana bertindak
# Orang lain tidak bisa memaksamu untuk bertindak dalam cara tertentu. Ambillah tanggung jawab untuk dirimu sendiri dan akuilah bahwa kamu sendirilah yang memilih tindakanmu
# Kamu bukan seorang yang tidak berdaya, kamulah yang memegang kendalu
# Pandanglah proses membuat perubahan dalam dirimu sebagai sebuah petualangan

Bab 6
# Tidak ada seorang pun yang kemarahannya "meledak" tanpa peringatan. Belajarlah untuk menidentifikasi petunjuk yang menandakan bahwa kamu kan marah
# Petunjuk yang menandakan kemarahan dapat berwujud sensasi, tindakan, atau pemikiran
# Berhati-hatilah saat menulis semua pemikiran marahmu. Berbagai pemikiran ini membakar kemarahanmu dan kemudian membakar pikiranmu dan seterusnya, sehingga berada dalam lingkaran yang berbahaya
# Semakin awal kamu mengetahui bahwa kamu marah, kamu semakin mampu mengendalikan apa yang kamu lakukan dengan kemarahanmu
# Setiap orang memiliki pemicunya sendiri yang pada umumnya memprovokasi kemarahan
# Ketika kamu menjadi sadar terhadap berbagai pemicumu yang paling umum, kamu kan menjadi siaga sebelum kemarahan menguasai dirimu
# Saat kamu diprovokasi oleh pemicu-pemicu umum, belajarlah untuk berkata, "Baik, situasi ini tidak asing. Situasi ini telah memicu kemarahanku sebelumnya. Aku tahu, aku perlu menghadapinya secara berbeda."

Bab 7
# Waktu jeda tidak dimaksudkan sebagai hukuman. Gunakan waktu jeda sebagai alat pengelola kemarahan.
# Ambillah waktu jeda kapan pun kamu menyadari berbagai petunjuk dan pemicu umum kemarahanmu.
# Mengambil waktu jeda untuk dirimu adalah tanggung jawabmu sendiri.
# Pergilah dengan rileks dan tanpa kemarahan. Jangan pergi dengan menamah keruh suasana.
# Kembalilah pada situasi terkait sesegara mungkin, semampumu. Jangan menunggu lebih dari beberapa jam.
# Setelah kemarahanmu mereda, temui pihak lawanmu dan cobalah menyelesaikan masalahnya.
# Jelaskan waktu jeda kepada orang lain ketika kamu masih tenang. Jangan menunggu untuk menjelaskannya saat pertengkaran berlangsung.
# Kamu boleh mengambil lebih dari satu waktu jeda.
# Lakukan latihan untuk waktu jedamu.
# Sesuaikan waktu jedamu agar dapat digunakan dalam situasi lain karena terlihat tidak pantas bagimu untuk meninggalkan ruangan.
# Jika kamu mengambil waktu jeda saat mengemudikan mobil, mintalah semua orang menghentikan segala macam diskusi.
# Selama kamu menggunakan waktu jeda secara konsisten dan benar, kamu tidak akan pernah bertindak dalam kemarahan lagi.
# Menjauh membuatmu kuat, bukan membuatmu lemah.

Bab 8
# Sadari bahwa kamu tidak dapat menjadi rileks dan marah pada saat yang sama, jadi gunakan relaksasi untuk mengusir kemarahanmu.
# Gunakan berbagai latihan relaksasi untuk membantumu mengendalikan tanda-tanda kemarahan seperti: debar jantung yang cepat, kulit yang memerah, suhu tubuh yang meningkat, dan tekanan darah yang tinggi.
# Kelolalah stres dan kemarahanmu dengan melakukan berbagai latihan relaksasi.
# Mulailah latihan relaksasi untuk menenangkan diri atau membuatmu tidur.

Bab 9
# Jika kamu berpikir ke depan tentang kemungkinan konsekuensi dari suatu tindakan, kamu dapat mencegah dirimu melakukannya.
# Pikirkan: Jika aku melakukan ini sekarang, ... mungkin akan terjadi nanti.
# Tindakan kerap kali memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.
# Beberapa konsekuensi lebih serius dibandingkan konsekuensi lainnya.
# Konsekuensi eksternal adalah konsekuensi yang mengubah hubunganmu dengan dunia.
# Konsekuensi internal adalah konsekuensi yang memengaruhi bagaimana kamu berpikir tentang dirimu.
# Konsekuensi sosial adalah konsekuensi yang memengaruhi hubunganmu dengan orang lain.
# Ingatlah bahwa kemarahan akan menghasilkan konsekuensi negatif dan kendai diri akan menghasilkan konsekuensi positif.
# Dengan mempersiapkan dirimu menghadapi provokasi dan konfrontasi, kamu akan menghadapi situasi tersebut secara lebih efektif.
# Gunakan pemikiran positif untuk mengatasi kemarahanmu.
# Berpikirlah secara positif saat kamu merenungkan kembali konfrontasimu saat marah dulu.
# Biasakan dirimu menulis dalam Jurnal Kemarahan setiap kali kamu menjadi marah.
# Ingatlah bahwa kebiasaan menulis dalam jurnal akan mengubah perilakumu karena memaksamu untuk mengekspresikan kemarahanmu dengan cara yang lebih produktif.

Bab 10
# Masa remaja secara alamiah adalah masa yang kacau.
# Tubuhmu berubah secara signifikan.
# Sekarang tubuhmu sedang memproduksi hormon-hormon yang dapat memengaruhi suasana hati dan emosimu secara sangat kuat.
# Kamu tidak dapat mengendalikan berbagai perubahan hormonal ini, tapi kamu dapat mengendalikan pikiranmu.
# Perubahan dalam pikiran dan tingkah laku memiliki pengaruh pada otak, sebanyak yang dihasilkan oleh pengobatan.
# Kita hanya dapat memikirkan satu hal pada satu waktu.
# Pilihlah apa yang kamu pikirkan.
# Kendalikan hal-hal yang kamu pikirkan atau katakan kepada dirimu dalam benakmu.
# Dengan mengendalikan pikiranmu, kamu akan mengubah emosi dan perilakumu.
# Saat-saat penuh hasrat dapat menyebabkan kita memiliki berbagai pikiran yang tidak rasional.
# Belajarlah untuk menggantikan pikiran yang tidak rasional tersebut dengan yang rasional.
# Jangan menggunakan kata "seharusnya", "semestinya", dan "harus" ketika yang sebenarnya ingin kamu lakukan adalah mengekspresikan sebuah prefensi.
# Jika kamu tidak mampu mengendalikan pikiran marahmu, alihkan perhatianmu darinya.
# Katakan kepada dirimu, "BERHENTI" untuk membantu membungkam pikira marahmu.
# Katakan "tenang" ketika kamu menatik napas dan "damai" ketika kamu mengembuskannya, untuk mengurangi kemarahanmu.
Diposkan oleh dhila di 3:41:00 AM
sumber: enchienuchuy.blogspot.com